Prabu Suryakancana / Prabu Ragamulya (Panembahan Pulasari) a. a. 1579

Ur pennad tennet eus Rodovid BR, ar c'helc'hgeriadur digor.

Den:599625
Jump to: navigation, search
 {Mahkota Binokasih Sanghyang Pake}
{Mahkota Binokasih Sanghyang Pake}
Lignez Pajajaran
Reizh gourel
Anv a-bezh d'ar c'hanedigezh Prabu Suryakancana / Prabu Ragamulya
Anvioù-tiegezh all Panembahan Pulasari
Kentanvioù all Nusya Mulya,
Kerent

Ratu Nilakéndra / Tohaan di Majaya [Pajajaran] a. a. 1567

Wiki-pajenn [[1]]
[1][2]

Darvoudoù

bugel: 5. Istihilah Kusumah (Sutra Umbar / Mbah Ucing) [Pajajaran]

bugel: 6. NM. Kokom Ruhada (Nyimas Roro / Buyut Lidah) [Pajajaran]

bugel: 7. NM. Suniasih (Eusi Suntana) [Pajajaran]

bugel: 4. Sastra Pura Kusumah (Sutra Bandera) [Pajajaran]

bugel: 3. Nyimas Sari Atuhu (Buyut Eres), [Pajajaran]

bugel: 2. Nyimas Harim Hotimah [Pajajaran]

1555 bugel: Pakwan, 1. Raden Ajimantri / Raden Keling Sakawayana [Pajajaran] g. 1555 a. a. 1660

1567 - 1569 titl: Pulasari - Pandeglang, Raja Pajajaran ke 6

1579 marvidigezh:

Notennoù

Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


Raga Mulya adalah raja terakhir Kerajaan Pajajaran. Nama ini dalam naskah Wangsakerta disebut juga sebagai Prabu Suryakancana, sedangkan dalam Carita Parahiyangan dikenal dengan nama Nusya Mulya.

Prabu Suryakancana tidak berkedudukan di Pajajaran, tetapi di Pulasari, Pandeglang. Oleh karena itu, ia dikenal pula sebagai Pucuk Umun (Panembahan) Pulasari (mungkin raja ini berkedudukan di Kaduhejo, Kecamatan Menes pada lereng Gunung Palasari).

Dalam Pustaka Nusantara III/1 dan Kertabhumi I/2 disebutkan :

"Pajajaran sirna ing ekadaśa śuklapaksa Wesakamasa sewu limang atus punjul siki ikang Śakakala", yang artinya,

"Pajajaran lenyap pada tanggal 11 bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 Saka."

Tanggal tersebut kira-kira bertepatan dengan 8 Mei 1579 M.

Naskah Banten memberitakan keberangkatan pasukan Banten ketika akan melakukan penyerangan ke Pakuan dalam pupuh Kinanti yang artinya,

"Waktu keberangkatan itu terjadi bulan Muharam tepat pada awal bulan hari Ahad tahun Alif inilah tahun Sakanya satu lima kosong satu".

Walaupun tahun Alif baru digunakan oleh Sultan Agung Mataram dalam tahun 1633 M, namun dengan perhitungan mundur, tahun kejatuhan Pakuan 1579 itu memang akan jatuh pada tahun Alif. Yang keliru hanyalah hari, sebab dalam periode itu, tanggal satu Muharam tahun Alif akan jatuh pada hari Sabtu.

Yang terpenting dari naskah Banten tersebut adalah memberitakan bahwa benteng kota (pakuan) Pajajaran baru dapat dibobol setelah terjadinya penghianatan. Komandan kawal benteng Pakuan Pajajaran merasa sakit hati karena tidak memperoleh kenaikan pangkat. Ia adalah saudara Ki Jongjo, seorang kepercayaan Panembahan Yusuf. Tengah malam, Ki Jongjo bersama pasukan khusus menyelinap ke dalam kota setelah pintu benteng terlebih dahulu dibukakan saudaranya itu.

Kisah itu mungkin benar mungkin tidak. Yang jelas justeru menggambarkan betapa tangguhnya benteng Pakuan Pajajaran yang dibuat Siliwangi. Setelah ditinggalkan oleh raja selama 12 tahun, pasukan Banten masih terpaksa menggunakan cara halus untuk menembusnya.

Dan berakhirlah zaman Pajajaran (1482 - 1579). Itu ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu terpaksa diboyong ke Banten karena tradisi politik waktu itu "mengharuskan" demikian. Pertama, dengan dirampasnya Palangka tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Kedua, dengan memiliki Palangka itu, Maulana Yusuf merupakan penerus kekuasaan Pajajaran yang "sah" karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja.

Dalam Carita Parahiyangan diberitakan sebagai berikut:

Sang Susuktunggal inyana nu nyieuna palangka Sriman Sriwacana Sri Baduga Maharajadiraja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran nu mikadatwan Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, inyana Pakwan Sanghiyang Sri Ratu Dewata.

Artinya:

"Sang Susuktunggal ialah yang membuat tahta Sriman Sriwacana (untuk) Sri Baduga Maharaja ratu penguasa di Pakuan Pajajaran yang bersemayam di keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati yaitu istana Sanghiyang Sri Ratu Dewata."

Kata "palangka" secara umum berarti tempat duduk (bahasa Sunda, pangcalikan), yang secara kontekstual bagi kerajaan berarti "tahta". Dalam hal ini adalah tahta penobatannya itu tempat duduk khusus yang hanya digunakan pada upacara penobatan. Di atas palangka itulah si (calon) raja diberkati (diwastu) oleh pendeta tertinggi. Tempatnya berada di kabuyutan kerajaan, tidak di dalam istana. Sesuai dengan tradisi, tahta itu terbuat dari batu dan digosok halus mengkilap. Batu tahta seperti ini oleh penduduk biasanya disebut batu pangcalikan atau batu ranjang (bila kebetulan dilengkapi dengan kaki seperti balai-balai biasa). Batu pangcalikan bisa ditemukan, misalnya di makam kuno dekat Situ Sangiang di Desa Cibalanarik, Kecamatan Sukaraja, Tasikmalaya dan di Karang Kamulyan bekas pusat Kerajaan Galuh di Ciamis. Sementara batu ranjang dengan kaki berukir dapat ditemukan di Desa Batu Ranjang, Kecamatan Cimanuk, Pandeglang (pada petakan sawah yang terjepit pohon).

Palangka Sriman Sriwacana sendiri saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surasowan di Banten. Karena mengkilap, orang Banten menyebutnya watu gigilang. Kata gigilang berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata sriman.

Mammennoù

  1. Pulosari, Tempat Tinggal Raja -
  2. https://cipakudarmaraja.blogspot.com/2021/03/keturunan-prabu-surya-kencana-dari-2.html -

Eus an dud-kozh d'ar vugale-vihan

Tud-kozh
Ratu Sakti Sang Mangabatan
titl: 1543 - 1551, Pajajaran, Bogor, Raja Pajajaran ke 4
marvidigezh: 1551, Pakuan Pajajaran
Tud-kozh
Kerent
Ratu Nilakéndra / Tohaan di Majaya
titl: 1551 - 1567, Pajajaran, Bogor, Raja Pajajaran Ke 5
marvidigezh: 1567
Kerent
 
== 3 ==
Prabu Suryakancana / Prabu Ragamulya (Panembahan Pulasari)
titl: 1567 - 1569, Pulasari - Pandeglang, Raja Pajajaran ke 6
marvidigezh: 1579
== 3 ==
Bugale
Nyimas Angkong Larangan
ganedigezh: Menikah : 1583 M
1. Raden Ajimantri / Raden Keling Sakawayana
ganedigezh: 1555, Pakwan
micher: Menikah : 1583
micher: 1580 - 1610, Penasehat Kerajaan Sumedang Larang
micher: 1610 - 1660, Mahaguru Perguruan "Sumedang Kahyangan"
marvidigezh: 1660, Dusun Serang - Cimalaka - Sumedang
douaridigezh: Makam Kramat Gunung Keling / Sakawayana
2. Nyimas Harim Hotimah
marvidigezh: Makamnya di Bogor
3. Nyimas Sari Atuhu (Buyut Eres),
marvidigezh: makamnya di Parugpug Paseh Legok - Sumedang
4. Sastra Pura Kusumah (Sutra Bandera)
marvidigezh: makamnya di Tajur desa Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan
5. Istihilah Kusumah (Sutra Umbar / Mbah Ucing)
marvidigezh: Makamnya di Tajur desa Cipancar Sumedang Selatan.
1.1.1. Pangeran Rangga Gede / Kusumadinata IV
ganedigezh: 1580c, Perhitungan Tahun Lahir : 1625-45 = 1580
eured: 6. NM. Kokom Ruhada (Nyimas Roro / Buyut Lidah)
eured: 1.5.1.1. NM. Romlah
titl: 1625 - 1633, memerintah di Canukur, Sukatali - Situraja lalu dipindahkan ke Parumasan, Conggeang, Naik Tahta pada usia 45 tahun, karena didahului oleh Raden Aria Suradiwangsa. Adipati Sumedang II
6. NM. Kokom Ruhada (Nyimas Roro / Buyut Lidah)
eured: 1.1.1. Pangeran Rangga Gede / Kusumadinata IV
marvidigezh: Makamnya di Kampung Cijambe, Legok Paseh, Sumedang.
1. Jaya Perkasa / Rd. Jaya Kusumah (Sayang Hawu)
micher: Kandada Lante Kerajaan Pajajaran
micher: Patih Prabu Geusan Ulun
7. NM. Suniasih (Eusi Suntana)
marvidigezh: Makamnya di Tajur desa Cipancar, Kecamatan Sumedang Selatan.
Bugale
Bugale-vihan
1. Santowan Kadang Serang
ganedigezh: 1585c
2. Santowan Sawana Buwana
ganedigezh: 1586c
3. Santowan Pergong Jaya
ganedigezh: 1588c
5. Nyai Ayu Ratna Ayu
ganedigezh: 1592c
1. Sutra Mulut
marvidigezh: Pemakaman Umum Desa Baginda Kec. Sumedang Selatan
1. Duhiman (Iwan Tohidi)
marvidigezh: di Cipancar Sumedang Selatan
Bugale-vihan

Ostilhoù personel
Enklask araokaet
Yezhoù all