5.1.1.1. Maulana Sayyid Fathahillah / Pangeran Jayakarta I (Pangeran Pasai)

Ur pennad tennet eus Rodovid BR, ar c'helc'hgeriadur digor.

Den:850644
Jump to: navigation, search
Lignez Pasai
Reizh gourel
Anv a-bezh d'ar c'hanedigezh 5.1.1.1. Maulana Sayyid Fathahillah / Pangeran Jayakarta I
Anvioù-tiegezh all Pangeran Pasai
Kentanvioù all Ki Padhilah / Fatahilah
Kerent

5.1.1. Mahdar Ibrahim [Azmatkhan]

11.2.3. Syarifah Siti Musallimah [Azmatkhan]

Darvoudoù

bugel: 5.1.1.1.2. Pangeran Sendang Garuda [Azmatkhan]

bugel: 5.1.1.1.3. Ratu Ayu Pembayun [Azmatkhan]

titl: [[Special:Titleline/Sultan Cirebon III (1568-1570) Kekosongan pemegang kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat keraton yang selama Sunan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah|Sultan Cirebon III (1568-1570) Kekosongan pemegang kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat keraton yang selama Sunan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah]], pemerintahan dijabat oleh Fatahillah atau Fadillah Khan. Fatahillah kemudian naik takhta, dan memerintah Cirebon secara resmi menjadi raja sejak tahun 1568. Fatahillah menduduki takhta kerajaan Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun 1570, dua tahun setelah Sunan Gunung Jati wafat dan dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem Astana Gunung Sembung.

eured: 3.4.1.2. Ratu Pambayun / Nyai Pembaya [Brawijaya V]

1524 eured: Nyai Ratu Ayu [Gunung Jati] g. 1493

1525 bugel: 5.1.1.1.1. Ratu Nawati Rarasa [Gunung Jati] g. 1525

Notennoù

Pangeran Jayakarta (Fatahillah)

Pangeran Jayakarta I

Pangeran Jayakarta I, dikenal juga dengan nama : Fatahillah / Sunan Gunung Jati II / Tubagus Pasai / Fathullah Khan / Falatehan. Beliau adalah tokoh yang mengusir Portugis dari pelabuhan perdagangan Sunda Kelapa dan memberi nama “Jayakarta” yang berarti Kota Kemenangan, yang kini menjadi kota Jakarta, Ibukota Negara Republik Indonesia. Ia dikenal juga dengan nama Falatehan. Ada pun nama Sunan Gunung Jati dan Syarif Hidayatullah, yang sering dianggap orang sama dengan Fatahillah sebenarnya adalah mertua beliau.

Ceritanya, Setelah Sunan Gunung Jati yang bergelar Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awliya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah yang merupakan pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon dan asal usul dari pendiri Kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di Jawa Barat wafat, terjadilah kekosongan jabatan pimpinan tertinggi Kesultanan Cirebon. Pada mulanya calon kuat pengganti Sunan Gunung Jati ialah Pangeran Dipati Carbon, Putra Pangeran Pasarean, cucu Sunan Gunung Jati. Namun, Pangeran Dipati Carbon meninggal lebih dahulu pada tahun 1565.

Kekosongan pemegang kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat keraton yang selama Sunan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah, pemerintahan dijabat oleh Fatahillah atau Fathullah Khan. Fatahillah kemudian naik takhta, dan memerintah Cirebon secara resmi menjadi raja sejak tahun 1568. Fatahillah menduduki takhta kerajaan Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun 1570, dua tahun setelah Sunan Gunung Jati wafat dan dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem Astana Gunung Sembung.

Fatahillah adalah putra Sayyid Mahdar Ibrahim atau dikenal dengan Ibrahim Patakan bin Abdul Ghafur bin Barakat Zainal ‘Alam bin Jamaluddin Akbar bin Ahmad Syah Jalaluddin Akbar bin Abdullah bin Abdul Malik Azmatkhan. (Selengkapnya lihat tulisan sebelumnya tentang Ilmu Silsilah )

Beliau menikah dengan Ratu Ayu Pembayun binti Gusti Sinuhun Kangjeng Sunan Gunung Jati (Al Azmatkhan Al-Husaini) dan memiliki putra :

  • 1. Ratu Wanawati Raras
  • 2. P. Sendang Garuda
  • 3. Ratu Ayu Pembayun

Ratu Wanawati Raras menikah dengan sepupunya sendiri yang bernama P. Sendang Kamuning alias Pangeran Adipati Cirebon bin Muhammad Arifin Pangeran Pasarean bin Syaikh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati (Al Azmatkhan Al-Husaini) dan dikarunai putra, (salah satunya) bernama : Pangeran Ratu Pakungwati Pangeran Mas Zainul ‘Arifin yang kemudian menurunkan Sultan-Sultan Kanoman, Kasepuhan, dan Kacirebonan.

Fatahillah juga menikahi putri Raden Patah yang meninggalkan putera Tumenggung Nagawangsa Ki Mas Abdul Aziz, keturunannya adalah sebagian Bangsawan Palembang Darussalam yang menggunakan Gelar Kemas (Laki-Laki) & Nyimas (Perempuan). Dengan istri putri Raden Patah, Fatahaillah juga meninggalkan putera Ki Bagus Abdurrohman, keturunanannya adalah sebagian Bangsawan Palembang Darussalam yang menggunakan Gelar Kiagus (Laki-Laki) & Nyayu (Perempuan).

Sedangkan untuk keturunan pancer beliau dari jalur Pangeran Sedang Garuda Cirebon belum ditemukan data keturunannya. BAGI ANDA YANG MEMILIKI INFORMASI TENTANG INI HARAP MENGHUBUNGI KAMI

Pangeran Jayakarta II

Pangeran Jayakarta II, nama lainnya adalah Tubagus Angke / Pangeran Gedeng Angke

Beliau adalah saudara Pangeran Muhammad Pelakaran, putra Pangeran Panjunan Cirebon / Sayyid Abdurrahman bin Sultan Sulaiman Al-Baghdadi bin Ahmad Syah Jalaluddin Akbar bin Abdullah bin Abdul Malik Azmatkhan. (Selengkapnya lihat tulisan sebelumnya tentang Ilmu Silsilah ).

Pangeran Jayakarta II menikahi putri Fatahillah dan juga menikahi puteri Maulana Hasanuddin Banten bin Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati; dikarunai putra bernama Sungerasa Jayawikarta alias Pangeran Jayakarta III (Pangeran Jayakarta III bin Pangeran Jayakarta II sampai saat ini belum diketahui dari Ibu yang puteri Fatahillah atau puteri Maulana Hasanuddin Banten) BAGI ANDA YANG MEMILIKI INFORMASI TENTANG INI HARAP MENGHUBUNGI KAMI

Pangeran Jayakarta III

Pangeran Jakarta III,, atau Sungerasa Jayawikarta berputra :

1. Ahmad Jaketra alias Pangeran Jayakarta IV 2. Ratu Ayu

Ratu Ayu menikah dengan Sultan Abul Ma’ali Ahmad Kenari bin Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir Kenari bin Maulana Muhammad Pangeran Ratu Ing Banten bin Maulanan Yusuf Panembahan Pakalangan Gede bin Maulana Hasanuddin Panembahan Surosowan bin Syarif Hidayatullah Susuhunan Gunung Jati.

Dikarunai putra (salah satunya) :

Sultan Ageng Tirtayasa Abul Fath Abdul Fattah (Sultan Banten 1631 – 1683)

Lahum Al Fatihah…


Eus an dud-kozh d'ar vugale-vihan

Tud-kozh
Sunan Ampel / Raden Rahmat (Maulana Rahmatullah/Ali Rakhmatullah)
ganedigezh: 1401, Champa
titl: Ampel, Susuhunan Ing Ngampeldenta
eured: Dewi Condrowati / Nyai Ageng Manila
eured: Dewi Karimah
marvidigezh: 1481, Masjid Ampel-Surabaya
14.4. Syarif Sulaiman
titl: Raja Baghdad
Tud-kozh
Kerent
11.2.2. Dewi Sarah
ganedigezh: 1447, Binti Maulana Ishaq
eured: 4.3.1.1. Sunan Kalijaga
Kerent
 
== 3 ==
5.1.1.1. Maulana Sayyid Fathahillah / Pangeran Jayakarta I (Pangeran Pasai)
titl: Sultan Cirebon III (1568-1570) Kekosongan pemegang kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat keraton yang selama Sunan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah, pemerintahan dijabat oleh Fatahillah atau Fadillah Khan. Fatahillah kemudian naik takhta, dan memerintah Cirebon secara resmi menjadi raja sejak tahun 1568. Fatahillah menduduki takhta kerajaan Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun 1570, dua tahun setelah Sunan Gunung Jati wafat dan dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem Astana Gunung Sembung.
eured: 3.4.1.2. Ratu Pambayun / Nyai Pembaya
eured: Nyai Ratu Ayu
== 3 ==
Bugale
Bugale
Bugale-vihan
Kanjeng Ratu Kulon [Gp.1] / Ratu Mas Tinumpak (Ratu Mas Ayu Sakluh)
eured: 1. Sultan Agung / Raden Mas Djatmika (Raden Mas Rangsang)
marvidigezh: 1653, Putri Panembahan Ratu (Sultan Cirebon Ke 4 setelah Sunan Gunung Jati)
Panembahan Ratu I
ganedigezh: 1570, Cirebon
micher: Cirebon, Sultan Cirebon III ( 1589 - 1649 )
marvidigezh: 1649, Cirebon
Bugale-vihan

Ostilhoù personel
Enklask araokaet
Yezhoù all