1.1.1.5.10.1 Kiai Ahsanoedin - Taolenn an diskennidi
Ur pennad tennet eus Rodovid BR, ar c'helc'hgeriadur digor.
2
21/2 <1+?> ♀ 1.1.1.4.1.6.1 Ni Mas Nagakasih [Sumedang Larang] 32/2 <1+?> ♀ 1.1.1.4.1.6.2 NM. Bema [Sumedang Larang] 43/2 <1+?> ♂ 1.1.1.4.1.6.3 Mas Djasaen [Sumedang Larang] 54/2 <1+?> ♀ 1.1.1.4.1.6.4 NM. Natakasih [Sumedang Larang] 65/2 <1+?> ♀ 1.1.1.4.1.6.5 NM. Gandanata [Sumedang Larang] 76/2 <1+?> ♀ 1.1.1.4.1.6.6 NM. Noerija [Sumedang Larang] 87/2 <1+?> ♂ 1.1.1.4.1.6.7 Mas Soetatjandra [Sumedang Larang]3
eured: <2> ♀ NR. Lenggang Kusumah [Wiratanudatar] g. 1768c
eured: <3> ♀ Nyai Raden Tjandra Nagara [?]
eured: <4> ♀ Nyi Raden Radja Mira [Parakanmuncang] g. 1765c
titl: 1791 - 1811, Sumedang, Bupati ke 14 (1791-1828)
titl: 1805 - 1810, Pangeran Kornel sebagai Bupati Kerajaan Nederland, dibawah Lodewijk, Adik Kaisar Napoleon Bonaparte
titl: 1810 - 1811, Pangeran Kornel sebagai Bupati Kerajaan Nederland, dibawah Kaisar Napoleon Bonaparte
titl: 1811 - 1815, Pangeran Kornel sebagai Bupati Masa Pemerintahan Inggris
ganedigezh: 1815 - 18128, Pangeran Kornel sebagai Bupati Kerajaan Nederland
PANGERAN KORNEL /ADIPATI SURIANAGARA III
Setelah wafatnya Bupati Sumedang Adipati Surialaga I (1765 – 1773), posisi bupati Sumedang diisi oleh bupati penyelang dari Parakanmuncang Adipati Tanubaya (1773 – 1775) yang diangkat oleh kompeni karena putra Adipati Surianagara II, Raden Jamu masih kecil. Setelah wafatnya Adipati Tanubaya digantikan oleh Tumenggung Patrakusuma putranya Setelah menjadi bupati Tumenggung Patrakusuma (1775 – 1789) memakai gelar Adipati Tanubaya II. Setelah menginjak dewasa Raden Djamu dinikahkan dengan putri Adipati Tanubaya II Nyi Raden Radja Mira mempunyai seorang puteri bernama Nyi Raden Kasomi. Adipati Tanubaya II mendapat hasutan dari Demang Dongkol yang berambisi untuk mempunyai anak atau cucu menjadi bupati. Akhirnya Raden Djamu mengetahui niat buruk mertuanya ingin membunuhnya, segera Raden Djamu meloloskan diri ke Limbangan karena bupati Limbangan merupakan saudaranya, di limbangan posisi Raden Djamu tidak aman terus melanjutkan perjalanan ke Cianjur untuk bertemu dengan kerabat ayahnya Bupati Cianjur Adipati Aria Wiratanudatar V Bupati Cianjur ke 5 (1761-1776), dan Raden Djamu diangkat sebagai Kepala Cutak (Wedana) Cikalong dengan nama Raden Surianagara III. Setelah Adipati Tanubaya II diasingkan ke Batavia oleh kompeni ditunjuk sebagai pengganti sementara kepala pemerintahan Sumedang dipegang oleh Patih Sumedang Aria Satjapati (1789 – 1791). Aria Satjapati mengirim surat kepada Adipati Aria Wiratanudatar V memohon agar mengusulkan Raden Djamu atau Surianagara III diangkat menjadi bupati Sumedang kepada kompeni. Usul dari Wiratanudatar VI diterima oleh kompeni dan diangkatlah Raden Djamu / Surianagara III menjadi bupati Sumedang dengan gelar Pangeran Kusumadinata IX (1791 – 1828).
Pada tahun 1811 masa pemerintahan Gubernur Jenderal William Daendels, merintahkan semua bupati di tanah Jawa untuk membantu pembangunan jalan pos antara Anyer dan Banyuwangi. Di Sumedang jalan pos tersebut harus melalui gunung cadas yang keras. Pangeran Kusumadinata menghadapi pekerjaan yang berat mau tidak mau harus dilaksanakan oleh rakyatnya dan tanggung jawabnya sebagai bupati, setelah mengumpulkan rakyatnya Pangeran Kusumadinata menganjurkan dan mengajak rakyatnya untuk membantu pelaksanaan pembuatan jalan pos tersebut, rakyat Sumedang menyatakan kesanggupannya melaksanakan tugas itu.. Pada tanggal 26 November 1811 mulailah pembobokan gunung cadas, rakyat Sumedang pun menjadi korban “kerja paksa” Belanda, banyak rakyat menjadi korban akibat sulitnya medan jalan yang dibuat, rakyat dipaksa untuk menembus bukit cadas dengan peralatan seadanya. Pembangunan jalan pun tidak selesai pada waktunya. Daendels meminta bupati agar rakyat dikerahkan habis-habisan untuk menyelesaikan, Pangeran
Kusumadinata menolak karena tidak tega melihat rakyatnya menderita.
Peristiwa Cadas Pangeran
Ketika Daendels memeriksa pembuatan jalan tersebut, Pangeran Kusumadinata menunggunya. Sewaktu Daendels menyodorkan tangan kanannya untuk mengajak bersalam, Pangeran Kusumadinta menyambutnya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan memegang keris Nagasastra siap menghadapi segala kemungkinan, semula Daendels marah karena sikap bupati dianggap kurang ajar. Akan tetapi setelah mendengar penjelasan dari Pangeran Kusumadinata bahwa ia berani membantah perintahnya (simbolis ditunjukan dengan menyalami memakai tangan kiri) demi membela rakyatnya yang menjadi korban kerja paksa Daendels dan Daendels pun salut atas keberanian Pangeran Kusumadinata. Akhirnya Daendels merintahkan pasukan zeni Belanda untuk membantu menyelesaikan pembuatan jalan dengan mengunakan dinamit membobok gunung cadas, akhirnya 12 Maret 1812 pembangunan jalan pos di Sumedang selesai, sehingga daerah itu disebut “Cadas Pangeran”.
Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal G.A. Baron Van Der Capllen (1826 – 1830) Pangeran Kusumadinata mendapat pangkat militer sebagai Kolonel dari pemerintah Belanda atas jasanya mengamankan daerah perbatasan dengan Cirebon dan menumpas para perampok dan pemberontak terutama yang mencoba masuk ke Sumedang dari Cirebon., sebutan kolonel dalam lidah rakyat berubah menjadi “Kornel” sehingga terkenal sebagai Pangeran Kornel .
Wilayah Sumedang waktu itu hampir sama dengan wilayah pada masa Rangga Gempol III, wilayah Sumedang berbatasan dengan Parakanmuncang, Limbangan, Sukapura, Talaga dan kabupatian – kabupatian Cirebon, kemudian menyusuri kali Cipunagara sampai laut Jawa sepanjang pantai utara sampai Pamanukan.
Selain keberaniannya menentang perintah Daendels dan pemerintah Kerajaan Belanda / Inggris, Pangeran Kusumadinata adalah bupati yang jujur, berani, cerdas, paling pandai dan paling aktif dari semua para bupati di Priangan. Keadilan, kejujuran, kecerdasan, keberanian, kebijaksanaan dan kegagahan Pangeran Kornel dalam melaksanakan kewajibannya penuh rasa tanggung jawab dan mengabdi kepada rakyat sepenuh jiwa raganya. Ia pun tempat meminta nasehat bupati lainnya. Pangeran Kusumadinata sewaktu mulai menjabat bupati membuka lahan hutan menjadi areal perkebunan kopi yang subur dan berhasil, sehingga keadaan Sumedang lebih baik dibandingkan masa bupati-bupati sebelumnya (penyelang). Residen Priangan Van Motman menyatakan Pangeran Kusumadinata adalah bupati pangkatnya paling tinggi antara para bupati di Priangan. Atas jasa dan kesetiaannya pemerintahan Belanda memberi bintang jasa dari mas.4
1.1.1.4.1.6.1.1 Pangeran Kornel Soerianagara III KOESOEMADINATA, IX (Rd Aom, Rd Djamoe) 1.1.1.4.1.6.1.1X1 NR. Lenggang Kusumah ., 1.1.1.4.1.6.1.1.1 Dlm. Adipati Adiwidjaja . 1.1.1.4.1.6.1.1.2 Dlm. Adipati Ageung KOESOEMAJOEDA 1.1.1.4.1.6.1.1.3 RA. Radjaningrat . 1.1.1.4.1.6.1.1X2 NR. Tjandra Nagara ..1.1.1.4.1.6.1.1.4 RA. Radjanagara .
eured:
eured: <6> ♂ 1.1.1.5.2.1.1.1.3.4. Dalem Raden Soerialaga II / Raden Tumenggung Suryalaga II (Dalem Taloen) [Sumedang Larang] g. 1764c
1.1.1.4.1.6.1.1 Pangeran Kornel Soerianagara III KOESOEMADINATA, IX (Rd Aom, Rd Djamoe) 1.1.1.4.1.6.1.1X1 NR. Lenggang Kusumah ., 1.1.1.4.1.6.1.1.1 Dlm. Adipati Adiwidjaja . 1.1.1.4.1.6.1.1.2 Dlm. Adipati Ageung KOESOEMAJOEDA 1.1.1.4.1.6.1.1.3 RA. Radjaningrat 1.1.1.4.1.6.1.1X2 NR. Tjandra Nagara 1.1.1.4.1.6.1.1.4 RA. Radjanagara
1.1.1.4.1.6.1.1.4 RA. Radjanagara 1.1.1.4.1.6.1.1.4X Dlm. Rd. Soeriadilaga, II, (1.1.1.5.2.1.1.1.3.4) 1.1.1.4.1.6.1.1.4.1 NR. Radjainten 1.1.1.4.1.6.1.1.4.2 NR. Radjamira 1.1.1.4.1.6.1.1.4.3 Rd. Soerianagara 1.1.1.4.1.6.1.1.4.4 Rd. Pangeran Soeriadiningrat1.1.1.4.1.6.1.1.4.5 Rd. Surianingrat
5
PANGERAN ARIA SURIA KUSUMAH ADINATA
Pada tangggaraal 20 Januari 1836 Raden Somanagara dilantik menjadi Bupati Sumedang dengan gelar Tumenggung Suria Kusumah Adinata (1836 – 1882).
Kecerdasan, kepemimpinan dan kesetiaannya pengabdian kepada rakyat terlihat dengan jelas. Kebutuhan masyarakat diutamakan seperti pembuat jalan, pengairan, pertanian dan sebagainya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Segala bentuk kewajiban rakyat yang memberatkan di bidang pertanian dihapuskan pada 1885 oleh pemerintah seperti peraturan penanaman nila.
Makam Pangeran Sugih di Gunung Puyuh
Pada tanggal 14 Agustus 1841 Surat Keputusan pemerintah Kerajaan Belanda no. 24 Tumenggung Suria Kusumah Adinata mendapat gelar Adipati dan berdasarkan Surat Keputusan tanggal 31 Oktober 1850 mendapat gelar Pangeran.
titl: Bupati Sumedang ke 16 (1833 -1834 )
1.1.1.4.1.6.1.1.1 Dlm. Adipati Adiwidjaja . 1.1.1.4.1.6.1.1.1X NR. Tejamantri . (1.1.1.5.2.1.9.5.2.2.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.1.1 RAA. Dlm. Alit KOESOEMADINATA, X 1.1.1.4.1.6.1.1.1.2 Rd. Dmg. Adiwidjaja II . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.3 Rd. Adikoesoemah . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.4 Rd. Soeriabrata . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.5 Rd. Hasim . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.6 NR. Lenggangmantri . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.7 NR. Banonagara . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.8 NR. Koesoemamantri .1.1.1.4.1.6.1.1.1.9 NR. Radjapoetri
1.1.1.4.1.6.1.1.1 Dlm. Adipati Adiwidjaja . 1.1.1.4.1.6.1.1.1X NR. Tejamantri . (1.1.1.5.2.1.9.5.2.2.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.1.1 RAA. Dlm. Alit KOESOEMADINATA, X 1.1.1.4.1.6.1.1.1.2 Rd. Dmg. Adiwidjaja II 1.1.1.4.1.6.1.1.1.3 Rd. Adikoesoemah . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.4 Rd. Soeriabrata . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.5 Rd. Hasim . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.6 NR. Lenggangmantri . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.7 NR. Banonagara . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.8 NR. Koesoemamantri .1.1.1.4.1.6.1.1.1.9 NR. Radjapoetri
1.1.1.4.1.6.1.1.1 Dlm. Adipati Adiwidjaja . 1.1.1.4.1.6.1.1.1X NR. Tejamantri . (1.1.1.5.2.1.9.5.2.2.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.1.1 RAA. Dlm. Alit KOESOEMADINATA, X 1.1.1.4.1.6.1.1.1.2 Rd. Dmg. Adiwidjaja II 1.1.1.4.1.6.1.1.1.3 Rd. Adikoesoemah . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.4 Rd. Soeriabrata . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.5 Rd. Hasim . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.6 NR. Lenggangmantri . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.7 NR. Banonagara . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.8 NR. Koesoemamantri .1.1.1.4.1.6.1.1.1.9 NR. Radjapoetri
1.1.1.4.1.6.1.1.1 Dlm. Adipati Adiwidjaja . 1.1.1.4.1.6.1.1.1X NR. Tejamantri . (1.1.1.5.2.1.9.5.2.2.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.1.1 RAA. Dlm. Alit KOESOEMADINATA, X 1.1.1.4.1.6.1.1.1.2 Rd. Dmg. Adiwidjaja II 1.1.1.4.1.6.1.1.1.3 Rd. Adikoesoemah . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.4 Rd. Soeriabrata. 1.1.1.4.1.6.1.1.1.5 Rd. Hasim . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.6 NR. Lenggangmantri . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.7 NR. Banonagara . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.8 NR. Koesoemamantri .1.1.1.4.1.6.1.1.1.9 NR. Radjapoetri
1.1.1.4.1.6.1.1.1 Dlm. Adipati Adiwidjaja . 1.1.1.4.1.6.1.1.1X NR. Tejamantri . (1.1.1.5.2.1.9.5.2.2.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.1.1 RAA. Dlm. Alit KOESOEMADINATA, X 1.1.1.4.1.6.1.1.1.2 Rd. Dmg. Adiwidjaja II 1.1.1.4.1.6.1.1.1.3 Rd. Adikoesoemah . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.4 Rd. Soeriabrata . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.5 Rd. Hasim . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.6 NR. Lenggangmantri . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.7 NR. Banonagara . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.8 NR. Koesoemamantri .1.1.1.4.1.6.1.1.1.9 NR. Radjapoetri
1.1.1.4.1.6.1.1.1 Dlm. Adipati Adiwidjaja . 1.1.1.4.1.6.1.1.1X NR. Tejamantri . (1.1.1.5.2.1.9.5.2.2.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.1.1 RAA. Dlm. Alit KOESOEMADINATA, X 1.1.1.4.1.6.1.1.1.2 Rd. Dmg. Adiwidjaja II 1.1.1.4.1.6.1.1.1.3 Rd. Adikoesoemah . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.4 Rd. Soeriabrata . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.5 Rd. Hasim . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.6 NR. Lenggangmantri 1.1.1.4.1.6.1.1.1.7 NR. Banonagara . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.8 NR. Koesoemamantri .1.1.1.4.1.6.1.1.1.9 NR. Radjapoetri
1.1.1.4.1.6.1.1.1 Dlm. Adipati Adiwidjaja . 1.1.1.4.1.6.1.1.1X NR. Tejamantri . (1.1.1.5.2.1.9.5.2.2.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.1.1 RAA. Dlm. Alit KOESOEMADINATA, X 1.1.1.4.1.6.1.1.1.2 Rd. Dmg. Adiwidjaja II 1.1.1.4.1.6.1.1.1.3 Rd. Adikoesoemah . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.4 Rd. Soeriabrata . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.5 Rd. Hasim . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.6 NR. Lenggangmantri . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.7 NR. Banonagara 1.1.1.4.1.6.1.1.1.8 NR. Koesoemamantri .1.1.1.4.1.6.1.1.1.9 NR. Radjapoetri
1.1.1.4.1.6.1.1.1 Dlm. Adipati Adiwidjaja . 1.1.1.4.1.6.1.1.1X NR. Tejamantri . (1.1.1.5.2.1.9.5.2.2.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.1.1 RAA. Dlm. Alit KOESOEMADINATA, X 1.1.1.4.1.6.1.1.1.2 Rd. Dmg. Adiwidjaja II 1.1.1.4.1.6.1.1.1.3 Rd. Adikoesoemah . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.4 Rd. Soeriabrata . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.5 Rd. Hasim . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.6 NR. Lenggangmantri . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.7 NR. Banonagara . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.8 NR. Koesoemamantri .1.1.1.4.1.6.1.1.1.9 NR. Radjapoetri
1.1.1.4.1.6.1.1.1 Dlm. Adipati Adiwidjaja . 1.1.1.4.1.6.1.1.1X NR. Tejamantri . (1.1.1.5.2.1.9.5.2.2.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.1.1 RAA. Dlm. Alit KOESOEMADINATA, X 1.1.1.4.1.6.1.1.1.2 Rd. Dmg. Adiwidjaja II 1.1.1.4.1.6.1.1.1.3 Rd. Adikoesoemah . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.4 Rd. Soeriabrata . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.5 Rd. Hasim . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.6 NR. Lenggangmantri . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.7 NR. Banonagara . 1.1.1.4.1.6.1.1.1.8 NR. Koesoemamantri .1.1.1.4.1.6.1.1.1.9 NR. Radjapoetri
1.1.1.4.1.6.1.1 Pangeran Kornel Soerianagara III KOESOEMADINATA, IX (Rd Aom, Rd Djamoe) 1.1.1.4.1.6.1.1X1 NR. Lenggang Kusumah ., 1.1.1.4.1.6.1.1.1 Dlm. Adipati Adiwidjaja . 1.1.1.4.1.6.1.1.2 Dlm. Adipati Ageung KOESOEMAJOEDA 1.1.1.4.1.6.1.1.3 RA. Radjaningrat . 1.1.1.4.1.6.1.1X2 NR. Tjandra Nagara .. 1.1.1.4.1.6.1.1.4 RA. Radjanagara .
1.1.1.4.1.6.1.1.2 Dlm. Adipati Ageung KOESOEMAJOEDA 1.1.1.4.1.6.1.1.2X NM. Samidjah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1 Pangeran Soegih Soeria KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.2 Rd. Koesoemajoeda 1.1.1.4.1.6.1.1.2.3 Rd. H. Moestapa . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.4 NR. Siti Marian . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.5 NR. Lenggang Nagara . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.6 NR. Koesoemaningroem . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.7 NR. Moenigar . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.8 NR. Radjaningroem .1.1.1.4.1.6.1.1.2.9 NR. Jogjanagara .
6
PANGERAN ARIA SURIA ATMADJA
Setelah Pangeran Suria Kusumah Adinata wafat digantikan oleh putranya Raden Sadeli dilahirkan di Sumedang tanggal 11 Januari 1851 . Sebelum menjadi bupati Sumedang Raden Sadeli menjadi Patih Afdeling Sukapura – kolot di Mangunreja. Pada tanggal 31 Januari 1883 diangkat menjadi bupati memakai gelar Pangeran Aria Suria Atmadja (1883 – 1919). Pangeran Aria Suria Atmadja merupakan pemimpin yang adil, bijaksana, saleh dan taqwa kepada Allah. Raut mukanya tenang dan agung, memiliki displin pribadi yang tinggi dan ketat.
Wibawa Pangeran Aria Suria Atmadja sangat besar yang memancar dari 4 macam sumber :
a. Kedudukannya sebagai bupati. b. Patuh dan taqwa dalam agama. c. Kepemimpinannya yang tinggi. d. Displin yang tinggi.
Pangeran Aria Suria Atmadja ketika mendapat penghargaan bintang jasa.
Pangeran Aria Suria Atmadja memiliki jasa dalam pembangunan Sumedang di beberapa bidang, antara lain :
1. BIDANG PERTANIAN
Membangun aliran irigasi di sawah-sawah, penanaman sayuran, melakukan penghijauan di tanah gundul dan membangun lumbung desa. Pangeran Aria Suria Atmadja memberi ide bagaimana meningkatkan daya guna dan hasil guna pengolahan tanah, pembuatan sistem tangga (Terasering) pada bukit-bukit.
2. BIDANG PERTERNAKAN
Untuk meningkatkan hasil ternak yang baik di Sumedang, di datangkan sapi dari Madura dan Benggala dan kuda dari Sumba atau Sumbawa untuk memperoleh bibit unggul.
3. BIDANG PERIKANAN
Pelestarian ikan di sungai diperhatikan dengan khusus, jenis jala ikan ditentukan ukurannya dan waktu penangkapannya agar ikan di sungai selalu ada. Penangkapan ikan dengan racun atau peledak di larang.
4. BIDANG KEHUTANAN.
Daerah-daerah gunung yang gundul ditanami pohon-pohon agar tidak longsor., selain dibuat hutan larangan / tertutup yaitu hutan yang tidak boleh diganggu oleh masyarakat demi kelestarian tanaman dan binatangnya. Binatang dan pohon langka mendapat pelindungan khusus.
5. BIDANG KESEHATAN.
Penjagaan dan pemberantasan penyakit menular mendapat perhatian besar. Bayi dan anak-anak diwajibkan mendapatkan suntikan anti cacar diadakan sampai ke desa-desa. Masyarakat dianjurkan menanam tanaman obat-obatan di perkarangan rumahnya.
6. BIDANG PENDIDIKAN
Pada tahun 1914 mendirikan Sekolah Pertanian di Tanjungsari dan wajib belajar diterapkan pertama kalinya di Sumedang. Pada tahun 1915 di Kota Sumedang telah ada Hollandsch Inlandsche School , mendirikan sekolah rakyat di berbagai tempat Sumedang dan membangun kantor telepon.
7. BIDANG PEREKONOMIAN
Pada tahun 1901 membangun “Bank Prijaji” dan pada tahun 1910 menjadi “Soemedangsche Afdeeling Bank”. Pada tahun 1915 mendirikan Bank Desa untuk menolong rakyat desa.
8. BIDANG POLITIK
Pada tahun 1916 mengusulkan kepada pemerintah kolonial agar rakyat diberi pelajaran bela negara / mempergunakan senjata agar dapat membantu pertahanan nasional. Ide ini dituangkan dalam buku ‘Indie Weerbaar” / Ketahanan Indonesia, tapi usul ini ditolak pemerintah Belanda. Pangeran Aria Suria Atmadja tidak mengurangi cita-citanya, disusunlah sebuah buku yang berjudul ‘ Ditiung Memeh Hujan” dalam buku itu dikemukakan lebih jauh lagi agar Belanda kelak perlu mempertimbangkan dan mengusahakan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Pemerintah kerajaan Belanda memberi reaksi hingga dibuat benteng di kota Sumedang, benteng gunung kunci dan Palasari.
9. BIDANG KEAGAMAAN
Bidang keagamaan mendapat perhatian yang besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja. Mesjid dan pesantren mendapat bantuan penuh, peningkatan pendidikan agama mulai dini
10. BIDANG KEBUDAYAAN
Bidang kebudayaan dapat perhatian besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja khususnya Tari Tayub dan Degung. Selain ahli dalam sastra sunda, Pangeran Aria Suria Atmadja pun membuat buku dan menciptakan lagu salah satunya Lagu Sonteng.
11. BIDANG LAINNYA
Membangun rumah untuk para kepala Onderdistrik, dibangunnya balai pengobatan gratis, dan menjaga keamanan diadakan siskamling. Masih banyak jasa lainnya dan atas segala jasanya dalam membangun Sumedang, baik itu pembangunan sarana fisik tetapi juga pembangunan manusianya. Pangeran Aria Suria Atmadja mendapat berbagai penghargaan atau tanda jasa dari pemerintah kolonial Belanda salah satunya tanda jasa Groot Gouden Ster (1891) dan dianugerahi beberapa bintang jasa tahun 1901, 1903, 1918, Payung Song-song Kuning tahun 1905, Gelar Adipati 1898, Gelar Aria 1906 dan Gelar Pangeran 1910.
Pada masa pemerintahan Pangeran Aria Suria Atmadja mendapatkan warisan pusaka-pusaka peninggalan leluhur dari ayahnya Pangeran Aria Suria Kusumah Adinata , Pangeran Aria Suria Atmadja mempunyai maksud untuk mengamankan, melestarikan dan menjaga keutuhan pusaka. Selain itu agar pusaka merupakan alat pengikat kekeluargaan, kesatuan dan persatuan wargi Sumedang, maka diambil langkah sesuai agama Islam Pangeran Aria Suria Atmadja mewakafkan pusaka ia namakan sebagai “barang-barang banda”, “kaoela pitoein”, “poesaka ti sepuh”, dan “asal pusaka ti sepuh-sepuh” kepada Tumenggung Kusumadilaga pada tanggal 22 September 1912, barang yang diwakafkannya itu tidak boleh diwariskan, tidak boleh digugat oleh siapa pun juga, tidak boleh dijual, tidak boleh dirobah-robah, tidak boleh ditukar dan diganti. Dengan demikian keutuhan, kebulatan dan kelengkapan barang pusaka terjamin. Wakaf mulai berlaku jika Pangeran Aria Suria Atmadja berhenti sebagai bupati Sumedang atau wafat.
Pada tahun 1919 Pangeran Aria Suria Atmadja berhenti sebagai bupati Sumedang dengan mendapat pensiun. Pada tanggal 30 Mei 1919 dilakukan penyerahan barang “Asal pusaka ti sepuh-sepuh” dan “Tina usaha kaula pribadi” kepada Tumenggung Kusumadilaga yang menjadi bupati Sumedang menggantikan Pangeran Aria Suria Atmadja .Tumenggung Kusumadilaga baru menerima barang-barang yang diwakafkan kepadanya dengan ikhlas dan bersedia mengurusnya dengan baik seperti dalam suratnya tertanggal 18 Juni 1919.
Monumen Lingga di tengah alun-alun Sumedang untuk meng-
hormati jasa – jasa Pangeran Aria Suria Atmadja.
Pangeran Aria Suria Atmadja wafat pada tanggal 1 Juni 1921 dimakamkan di Ma’la Mekah ketika menunaikan ibadah haji sehingga di kenal sebagai Pangeran Mekah. Untuk menghormati jasa-jasanya pada tanggal 25 April 1922 didirikan sebuah monumen berbentuk Lingga di tengah alun-alun kota Sumedang, yang diresmikan Gubernur Jenderal D. Fock serta dihadiri para bupati, residen se-priangan serta pejabat-pejabat Belanda dan pribumi.
KETURUNAN
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.11 Pangeran Mekah Soeriaatmadja KOESOEMAH ADINATA (Rd. Sadeli)1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.11X NRA. Radjaningroem .. (1.1.1.4.1.6.1.1.1.2.14)
eured: <9> ♀ Berasal Dari Galuh, Ciamis. [?]
marvidigezh: Ciamis, Jawa Barat
eured: <10> ♀ Nyi R. Hj. Siti Madi'ah [Surengrana]
douaridigezh: Sindangbarang, Cianjur Selatan
micher: 31 Eost 1864, Camat Cikadu
micher: 1865, Kaliwon kota Sumedang
micher: 1869, Wedana distrik Sumedang
micher: 1881, Patih Sumedang
micher: 1882, Bupati Sumedang (4 Bulan)
micher: 10 Mae 1883, Patih Afdeling Sukapura Kolot (Mangunreja)
micher: 1893 - 1918, Bupati Bandung
marvidigezh: 1926, Burujul-Sumedang
Biografi
RA.A. Martanagara dilahirkan di Sumedang pada tanggal 8 Sapar 1261 Hijriah, yang sama dengan tanggal 9 Pebruari 1845 Masehi. Sesungguhnya dia adalah putera bungsu dari lima bersaudara, tetapi semua saudara kandungnya meninggal dalam usia di bawah satu tahun. Baik dari garis ayah maupun dari garis ibu, pada diri RA.A. Martanagara mengalir darah menak Sumedang, yang bisa disebut pula menak Priangan atau menak Sunda. Ia adalah putera R. Kusumahyuda dari isterinya bemama Nyai Raden Tejamirah. R. Kusumahyuda itu putera Bupati Sumedang Pangeran Kusumadinata (1791-1828) ? yang terkenal dengan sebutan Pangeran Komel, sedangkan Nyai. R. Tejamirah adalah putera Pejabat Bupati Sumedang Tumenggung Suriadilaga (1833-1836). Karena dalam usia 3 tahun pertama sakit-sakitan terus ( "ririwit" ), Martanagara diobati secara tradisional dan simbolis, yaitu dibeli oleh pamannya R.A. Surianagara, yang waktu itu menjadi patih Sumedang, seharga satu real uang dan tujuh macam makanan (Martanagara, 1923: 4). Kepercayaan ini memang hidup dalam masyarakat Sunda dengan harapan anak itu akan menjadi sehat dan tumbuh dengan baik (Moestapa, 1913: 36).
Di lingkungan keluarga pamannya, ia diasuh oleh suami-isteri, Sanib dan Enih, yang berasal dari Singaparna, Tasikmalaya. Martanagara kecil mendapat perhatian dan simpati Bupati Sumedang Pangeran Suriakusumah Adinata (1836-1882) yang adalah uak tirinya dari pihak ayah. Ia bahkan diakui sebagai anaknya sendiri dan kemudian dipertunangkan dengan puterinya yang bemama Armunah. Waktu itu Martanagara berusia 5 tahun dan Armunah berusia 3 tahun. Pertunangan model demikian biasa dilakukan pada masa itu di kalangan masyarakat Sunda yang disebutnya dijodokeun (dijodohkan). Karena itu, Martanagara sering bermain di lingkungan pendopo kabupaten. Pada usia 7-8 tahun Martanagara terpaksa berpisah jauh dengan orang tuanya, karena ayahnya yang sedang menjabat wedana Cibeureum diasingkan ke Probolinggo, Jawa Timur. Ayahnya itu dianggap terlibat perselisian dengan kakak tirinya, yaitu bupati Sumedang, mengenai suatu kebijakan pemerintahan. Residen Priangan mengetahui adanya perselisian pandangan itu, kemudian menghukum wedana Cibeureum secara administratif. R. Kusumayuda meninggal dunia di Probolinggo, setelah menjalani pengasingan selama 3-4 tahun (Martanagara, 1923: 9).
Pada usia 12 tahun (1857) Martanagara disunat bersama dua orang putera bupati Sumedang di pendopo kabupaten. Perayaannya dilakukan secara besar-besaran yang disebutnya kariaan (kenduri). Pada waktu itu ia diberi nama baru, yaitu Raden Kusumaningrat. Sekitar 6 bulan kemudian di pendopo kabupaten Sumedang kedatangan tamu seorang pelukis ternama yaitu Raden Saleh. Ia seorang yang berpikiran maju dan beristerikan orang Belanda bernama Ny. Winkel Hagen. Bupati Sumedang mempercayakan puteranya yang bernama R. Durahim dan keponakannya R. Martanagara, untuk dibawa dan dididik oleh Raden Saleh yang bertempat tinggal di Jakarta (dulu Batavia atau Betawi). Sejak itu (1858) Martanagara bersama saudaranya menetap di rumah keluarga R. Saleh di kampung Gunungsari, Jakarta. Keluarga ini membuka perusahana pembuatan kain batik, minyak wangi, serta kerajinan dari emas dan perak. Di sini R. Martanagara belajar rnerancang dan menjahit pakaian serta bahasa Belanda pada isteri R. Saleh. Ia belajar bahasa Jawa pada para pekerja dan pelayan di rurnah itu yang umurnnya berasal dari Jawa Tengah. Ia pun belajar menggambar dan rnengukur tanah di sini, mungkin dari R. Saleh sendiri. Tentu saja di sini ia mulai mengenal dan belajar bahasa Melayu, bahasa yang umum digunakan oleh masyarakat Betawi. Atas saran dan usaha R. Saleh, selanjutnya R. Martanagara bersekolah di Semarang. Ia belajar di Sekolah Jawa yang rnengajarkan rnenulis, mernbaca, dan berhitung dengan menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar. Di sini ia belajar pula teknik pertukangan. Bahkan menurut salah seorang puteranya, yakin R. Mahar Martanagara (Tim Peneliti & Penyusun Sejarah Kabupaten Bandung, 1973: 140), ia bersekolah di Arnbachtschool (Sekolah Pertukangan), walaupun kemudian dibantah oleh puteranya yang lain, R. Kanias Martanagara (Herlina, 1991: 53).
Biasanya di sekolah model Barat diajarkan pula bahasa Melayu yang dianggap sebagai bahasa pergaulan antar etnis/ daerah. Selama dua tahun bersekolah di Semarang, ia sering berkunjung ke beberapa pesantren di Tuban dan Gresik atau ke tempat-tempat keramat (Herlina, 1991: 54). Dua bulan sekembalinya ke Jakarta, R. Martanagara dan R. Durahim dijemput untuk pulang ke Sumedang. Setelah menempuh perjalanan dengan naik kuda dan kereta kuda selama 6 harl, mereka tiba di Sumedang pada akhir tahun 1860. Sekembalinya di Sumedang R.A.A. Martanagara dipersiapkan untuk mulai bekerja dalam lingkungan pemerintah. Pertama-tama ia diminta agar setiap hari datang di kantor kabupaten tanpa diberi tugas suatu pekerjaan. Baro pada tanggal 2 Januari 1861 ia diangkat menjadi guru bantu di sekolah yang ada di Sumedang sebagai tweede onderwijzer dengan gaji f.10,00 sebulan. Ia ditugasi mengajar bahasa Melayu, berhitung, dan mengukur tanah. Enam atau tujuh bulan kemudian ia diberi tugas tambahan berupa membantu para wedana dalam membuat saluran irigasi guna kepentingan pertanian dengan gaji tambahan f. 6,00 sebulan. Setelah menjadi guru selama lebih dari tiga setengah tahun R.A.A. Martanagara diangkat menjadi camat di Cikadu, masih daerah Kabupaten Sumedang. Pengangkatan tersebut tertera dalam surat keputusan Residen Priangan No. 3095 tanggal 31 Agustus 1864.
Dengan jabatan tersebut ia mulai memasuki dunia pamongpraja yang mengurus masyarakat secara langsung. Dalam pada itu, besar penghasilannya pun bertambah. Sebagai kepala daerah tingkat kecamatan, ia tidak hanya mendapat gaji, melainkan juga mendapat persenan darl produksi kopi yang dihasilkan di daerahnya (koffie-procenten) sebesar 3,5 duit per pikul, cukai pada sebesar 15% darl padi yang masuk, dan mendapat bagian dari pajak pemotongan temak. Kedudukan R.A.A. Martanagara di dunia pemerintahan tergolong cepat naik, tampaknya karena kecakapannya dalam menunaikan tugas. Hal itu terlihat darl data-data berikut ini. Pada tahun 1865 ia dipromosikan sebagai kaliwon kota Sumedang, empat tahun kemudi: an ( 1869) diangkat menjadi wedana distrik Sumedang, kemudian dipromosikan menjadi Patih Sumedang (1881). Setelah pemah menjadi pejabat bupatl Sumedang selama 4 bulan (1882), ia dipromosikan menjadi Patih Afdeling Sukapura Kolot (Mangunreja) pada tanggal 10 Mei 1883, serta akhimya diangkat menjadi bupati Bandung (1893-1918).
Bupati merupakan jabatan tertinggi yang dapat dicapai oleh orang pribumi pada masa kolonial itu. Kenaikan pangkat dan kedudukan tersebut secara cepat dimungkinkan oleh sejumlah keberhasilan R.A.A. Martanagara dalam menunaikan tugasnya. I berhasil membantu pemerintah dalam melakukan pendataan ekonomi di wilayah Priangan (1870) dalam rangka memperbaharui Preanger Stelsel (peraturan tentang pengelolaan wilayah Priangan, terutama mengenai kewajiban masyarakat menanam kopi dan sistem gaji pamongpraja) menjadi Preanger Reorganisasi (peraturan yang menetapkan pamongpraja sebagai pegawai pemerintah sepenuhnya dan pembebasan masyarakat dari kewajiban menanam kopi). Dalam hal ini ia bekerja siang-malam membantu Komisaris Otto van Rees. Ia pun dinilai berhasil menggerakkan rakyat di daerahnya untuk menanam dan memelihara tanaman kopi dengan baik sehingga hasilnya memuaskan dan menjadi contoh bagi daerah lain serta ikut aktif dalam kegiatan memberantas wabah penyakit ternak (veepest). Atas keberhasilan-keberhasilannya tersebut RA.A. Martanagara mendapat penghargaan medali perak dan gelar demang (Martanagara, 1923: 18-24, 26-30).
Tatkala menjadi bupati Bandung, R.A.A. Martanagara melakukan beberapa pembaharuan dalam bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan, seperti mempelopori pembuatan gen, ting, jembatan, pengeringan rawa menjadi sawah, penanaman ketela pohon beserta pabrik aci, pendukung pembukaan sekolah bagi kaum wanita, seni musik, seni tari, sandiwara, dan sastra (Herlina, 1990: 8194). Pertunangan R.A.A. Martanagara dengan Armunah (Ny. R Ratnainten) diresmikan menjadi pernikahan tatkala dia menjabat camat Cikadu (1865). Namun 6 tahun kemudian (1871) isterinya itu meninggal dunia karena sakit. Tahun berikutnya ia menikah Iagi dengan R Ajeng Sangkanningrat, puteri bungsu Bupati Sumedang dari isteri padmi. Dari isteri pertama menurunkan seorang putera, tetapi meninggal pada usia 2 tahun. Dari isteri kedua menurunkan 7 orang putera, tetapi isterinya ini meninggal tatkala melahirkan putera ke-7 (1887). RA.A. Martanagara menikah lagi (1888) dengan Nyai R Rajaningrat, puteri bupati Sumedang dari isteri lain dan menurunkan 3 orang putera. Semua puteranya mendapat pendidikan sekolah (Herlina, 1990: 57-60). Patut dicatat bahwa sewaktu RA.A. Martanagara akan dilantik menjadi bupati Bandung (1893) terjadi peristiwa yang menggegerkan, yaitu ada upaya untuk membunuh para pembesar Bandung (residen, asisten residen, bupati). Peristiwa tersebut ternyata berlatarbelakangkan ketidakpuasan sekelompok menak Bandung atas pengangkatan bupati barn itu, karena mereka memiliki calon lain yang berasal dari menak Bandung (Martanagara, 1923: 34-37; Wiriaatmadja. 1985: 12-15; Ekadjati, 1982: 269-270). Setelah berhenti dari jabatan bupati Bandung (1918), RA.A. Martanagara menetap di kota Sumedang. la menempati rumah baru di Burujul sampai akhir hayatnya (1926). Dengan demikian dalam menikmati masa pensiun ia menetap di Sumedang selama sekitar 8 tahun.
Silsilah
1.1.1.4.1.6.1.1 Pangeran Kornel Soerianagara III KOESOEMADINATA, IX (Rd Aom, Rd Djamoe) 1.1.1.4.1.6.1.1X1 NR. Lenggang Kusumah ., 1.1.1.4.1.6.1.1.1 Dlm. Adipati Adiwidjaja . 1.1.1.4.1.6.1.1.2 Dlm. Adipati Ageung KOESOEMAJOEDA 1.1.1.4.1.6.1.1.3 RA. Radjaningrat . 1.1.1.4.1.6.1.1X2 NR. Tjandra Nagara .. 1.1.1.4.1.6.1.1.4 RA. Radjanagara .
1.1.1.4.1.6.1.1.2 Dlm. Adipati Ageung KOESOEMAJOEDA 1.1.1.4.1.6.1.1.2X NM. Samidjah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1 Pangeran Soegih Soeria KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.2 Rd. Koesoemajoeda 1.1.1.4.1.6.1.1.2.3 Rd. H. Moestapa . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.4 NR. Siti Marian . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.5 NR. Lenggang Nagara . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.6 NR. Koesoemaningroem . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.7 NR. Moenigar . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.8 NR. Radjaningroem . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.9 NR. Jogjanagara .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.2 Rd. Koesoemajoeda . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.2X NM. Djamah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.2.1 RAA. Martanagara KOESOEMAJOEDA1.1.1.4.1.6.1.1.2.2.2 Rd. Haen Soeriadiredja KOESOEMAJOEDA
KETURUNAN
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.78 NR. Oerian Domas KOESOEMAH ADINATA . (Verian) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.78X Rd. Wilagakoesoemah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.78.1 NR. Sarah WILAGAKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.78.2 Rd. Badjadji WILAGAKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.78.3 NR. Eneh WILAGAKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.78.4 Rd. Soelaeman WILAGAKOESOEMAH1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.78.5 Rd. Joesoef WILAGAKOESOEMAH
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.1 Rd. Dmg. Jahja Somanagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.1X NM. Oemi ..1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.1.1 Rd. Tjetje Gadjali KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2 NRA. Radjaningrat KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2X1 Rd. Dmg. Soerianagara ., (1.1.1.4.1.6.1.1.1.1.2.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2.1 Rd. H. Ahmad Kosasih SOERIANAGARA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2.2 NR. Radjaretna SOERIANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2X2 RAA. Wiratanoedatar .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2.3 Rd. Wiranagara WIRATANOEDATAR . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2.4 Rd. Soerianagara WIRATANOEDATAR . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2.5 Rd. Soeriakoesoemah WIRATANOEDATAR . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2.6 Rd. Daoed WIRATANOEDATAR . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2.7 Rd. Mochamad Safei WIRATANOEDATAR . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2.8 Rd. Soeriabrata WIRATANOEDATAR . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2.9 Rd. Bratasoeria WIRATANOEDATAR . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2.10 NR. Radjapamerat WIRATANOEDATAR .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2.11 NR. Radjaningrat WIRATANOEDATAR
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.3 NR. Hendranagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.3X Rd. Ardikoesoemah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.3.1 Rd. Soerianagara ARDIKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.3.2 Rd. Joenoes Soerianingrat ARDIKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.3.3 NR. Sariningrat ARDIKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.3.4 Rd. Soeriakoesoemah ARDIKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.3.5 Rd. Modja ARDIKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.3.6 Rd. Ismail ARDIKOESOEMAH .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.3.7 NR. Soepena ARDIKOESOEMAH
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.6 Rd. Rangga Soerialaga KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.6X1 NR. Radjanagara .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.6X2 NR. Radjakoesoemah Endeh .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.6.1 Rd. Somaatmadja SOERIALAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.6.2 NR. Jogjapomerat SOERIALAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.6.3 Rd. Moestambi SOERIALAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.6.4 Rd. Waktoera SOERIALAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.6.5 Rd. Tamtoe SOERIALAGA .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.6.6 Rd. Rahmat SOERIALAGA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7 NR. Radjapermas KOESOEMAH ADINATA . (Koeraesin) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7X Rd. Dmg. Adiwidjaja .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.1 NR. Hj. Siti Hadidjah ADIWIDJAJA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2 Rd. Rangga Djajadiningrat ADIWIDJAJA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.3 NR. Radjakandana ADIWIDJAJA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.4 Rd. Danoeningrat ADIWIDJAJA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.5 Rd. Soerianingrat ADIWIDJAJA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.6 NR. Radjamariam ADIWIDJAJA .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.7 Rd. H. Abdoel Moeloek ADIWIDJAJA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.8X NR. Lasminingrat ..1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.8.1 NR. Radjapomerat KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9X RAA. Martanagara KOESOEMAJOEDA, (1.1.1.4.1.6.1.1.2.2.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.1 Rd. Ema Somanagara MARTANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.2 NR. Oeli Radjapamerat MARTANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.3 Rd. Ogog Soeriadihardja MARTANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.4 Rd. Atje Martahadisoeria MARTANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.5 NR. Titi Tedjapomerat MARTANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.6 Rd. Onong Martahadiprawira MARTANAGARA .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.7 Rd. Singgih MARTANAGARA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.10X RAA. Wiradegdaha .. (1.1.1.5.28.5.1.1.2.1.1.1.1,1.2) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.10.1 NR. Parmaningrat WIRADEGDAHA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.10.2 Rd. Rangga Wirahadisoeria Soeriahaditenaja Kosasih WIRADEGDAHA1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.10.3 Rd. Alibasah WIRADEGDAHA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.13X Rd. Koesoemanagara .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.13.1 Rd. Sasmitakoesoemah KOESOEMANAGARA .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.13.2 Rd. Akman KOESOEMANAGARA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14X1 Nyi Natainten .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.1 NR. Siti Samsiah SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.2 NR. Soehaenah SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.3 Rd. Rg. Abdoel Soemadisoeria SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.4 NR. Soekaesih SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.5 Rd. Rg. Kosasih Soemadiningrat SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.6 NR. Dewi Kusumah SOEMAWILAGA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.7 Rd. Abdoelhamid SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.8 Rd. Danoe SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14X2 NR. Tedjakaraton TOHIR, 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.9 NR. Aminah SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.10 NR. Siti Rahman SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.11 Rd. Apandi SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.12 Rd. Hanapi SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14X3 Nyi Sarinem .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.13 NR. Koeraesin SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.14 Rd. Sidik SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14X4 Nyi Djoewariah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.15 NR. Mariam SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.16 Rd. Sambas SOEMAWILAGA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.17 Rd. Permana SOEMAWILAGA .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14.18 Rd. Jahja SOEMAWILAGA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.16X Rd. Soeriadikoesoemah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.16.1 NR. Sitiningrat SOERIADIKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.16.2 NR. Djoenah Radjamoestika SOERIADIKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.16.3 NR. Radjadjoewita SOERIADIKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.16.4 Rd. Apandi Koesoemanatabrata SOERIADIKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.16.5 Rd. Rio SOERIADIKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.16.6 Rd. Achmad SOERIADIKOESOEMAH .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.16.7 NR. Hatidjah Radjanagara SOERIADIKOESOEMAH
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17X1 Nyi Api .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17.1 Rd. Affandi Soeriadiwidjaja SOERIAKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17.2 Rd. Moecharam Goerhana Bratasoeria SOERIAKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17X2 NR. Radjapermata .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17.3 RAA. Soeria Danoe Ningrat SOERIAKOESOEMAH , 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17X3 NR. Permana .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17.4 NR. Goerpin SOERIAKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17.5 NR. Gartinah SOERIAKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17.6 Rd. Gotama SOERIAKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17.7 Rd. Garnadi SOERIAKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17.8 Rd. Gandiwa SOERIAKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17.9 Rd. Ganal SOERIAKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17.10 Rd. Mochamad Galih SOERIAKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17.11 Rd. Mochamad Gelar Gandarsari SOERIAKOESOEMAH .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17.12 NR. Idang Garmini SOERIAKOESOEMAH
ASAL USUL
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1 Pangeran Soegih Soeria KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X01 NR. Bodedar .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.1 Rd. Dmg. Jahja Somanagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X02 NRA. Radjapomerat ., 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2 NRA. Radjaningrat KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.3 NR. Hendranagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.4 Rd. Oemoer KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.5 Rd. Moestambi KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.6 Rd. Rangga Soerialaga KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7 NR. Radjapermas KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.8 Rd. Somadiningrat KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9 NRA. Sangkaningrat KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X03 NRA. Ratnaningrat .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.10 NRA. Radjaretnadi KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.11 Pangeran Mekah Soeriaatmadja KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.12 NR. Radjapermana KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.13 NR. Banoningrat KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14 Rd. Soemawilaga KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X04 NRA. Moestikaningrat .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.15 NR. Emas KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.16 NR. Radjakomala KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17 Rd. Pandji Soeriakoesoemah KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.18 Rd. Soemintraatmadja KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.19 NRA. Lasminingrat KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.20 NRA. Moertiningrat KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.21 Rd. Widjajasoeria KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.22 RAA. Soerianatabrata KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.23 Rd. Gandakoesoemah KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.24 Rd. Koesoemajoeda KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.25 NRA. Kantjananingrat KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.26 Rd. Soeriagoenawan KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.27 RAA. Dlm. Bintang Koesoemadilaga KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.28 Rd. Goerdi Koesoemawinata KOESOEMAH ADINATA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X05 Nyi Emas Sanidjah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.29 Rd. Abdoerachman KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X06 Nyi Emas Lantri .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.30 NR. Koesoemanagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.31 Rd. Prawirakoesoemah KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.32 Rd. Raebah KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X07 Nyi Emas Asmajawati .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.33 Rd. Najaningrat KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.34 Rd. Hoesen Wirantaredja KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.35 Rd. H. Mochamad Oesman KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.36 Rd. H. Mochamad Ali KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.37 NR. Hj. Siti Hadidjah KOESOEMAH ADINATA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X08 Nyi Emas Ganda .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.38 Nyi Oerminah Lenggangnagara KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.39 Rd. Moestari KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.40 NR. Siti Patimah Perbata KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.41 Rd. H. Mochamad Idris KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.42 Rd. Natadiredja KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.43 Rd. Iljas KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44 Rd. Rangga Natanagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.45 Rd. Joesoef KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X09 Nyi Emas Angginah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.46 Rd. Wirakoesoemah KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X10 Nyi Arsa .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.47 Rd. Adikoesoemah KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.48 NR. Doerias Hawa KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.49 Rd. Enoch KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.50 Rd. Said KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X11 NR. Dewi Mirah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.51 Rd. Oemar Nataatmadja KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.52 NR. Moertikah Komala KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.53 Rd. Sodja KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.54 Rd. H. Soelaeman KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.55 NR. Oeti Modjanagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.56 Rd. Ismail Wiraatmadja KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X12 Nyi Ambara .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.57 Rd. H. Hambali KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.58 NR. Soewedah Sarianingrat KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.59 Rd. H. Jasin Roebai KOESOEMAH ADINATA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X13 NR. Moetiaresmi .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.60 Rd. Harmaen KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.61 NR. Oepinah KOESOEMAH ADINATA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X14 NM. Modja Habibah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.62 Rd. Rangga Wirapoetra KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X15 NM. Andi Moelja .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.63 NR. Moertinah KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.64 Rd. Anhar KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.65 Rd. Prawiradiredja KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.66 Rd. Karnaen KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.67 NRA. Radjaningrat KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.68 Rd. Mochamad Pesta KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.69 Rd. Mochamad Lajeng KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.70 NR. Koernasih KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X16 NM. Olem .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.71 NR. Salamah Ratnanagara KOESOEMAH ADINATA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X17 NM. Andi Eundeut .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.72 NR. Tedjaningroem Kalsoem KOESOEMAH ADINATA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X18 NM. Denta .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.73 NR. Empat Ratnakaraton KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.74 NR. Kiol Poerbanagara KOESOEMAH ADINATA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X19 NR. Ningroem .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.75 NR. Lenggang Mantri KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.76 Rd. Aboebakar Nitanagara KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X20 Nyi Mursiah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.77 NR. Kotjoh Ratnakoesoema KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X21 NM. Ningsih .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.78 NR. Oerian Domas KOESOEMAH ADINATA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X22 Nyi Soekaenah KAMOEDA. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.79 Rd. Abdoel KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80 NR. Djoele Komarainten KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X23 Nyi Mantria .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.81 NR. Koesoemaningroem KOESOEMAH ADINATA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X24 Nyi Dewi .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.82 NR. Enot Komala Inten KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.83 NR. Oehe KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.84 NR. Ebah KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.85 Rd. Kasmiri KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X25 NM. Djoewisah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.86 Rd. Wangsasoebaja KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.87 NR. Ratnamirah KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.88 NR. Armoenah KOESOEMAH ADINATA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X26 NM. Naga .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.89 Rd. Atma Djajakoesoemah KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X27 NM. Soepi .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.90 Rd. Hasan KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X28 NM. Enok Soemaledja .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.91 Rd. Abas KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X29 NM. Ikoek .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.92 Rd. Sabirin KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X30 NM. Moertidjah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.93 Rd. Djenal Haroen KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X31 Nyi Enoer .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.94 Rd. Sadikin KOESOEMAH ADINATA
KETURUNAN
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44 Rd. Rangga Natanagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44X1 Nyi Enoer .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44.1 Rd. Isis Soeriadinata NATANAGARA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44X2 NR. Moenigar .. (Ijut) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44.2 Rd. Said NATANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44.3 NR. Aisah NATANAGARA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44X3 NR. Moelia .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44.4 NR. Tjitjih Habsah NATANAGARA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44.5 Rd. Sapei NATANAGARA died. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44.6 NR. Siti Aisah Empu NATANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44.7 Rd. Samoed Abdoelah NATANAGARA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44X4 NR. Bandikoesoemah ., (1.1.1.17.1.1.1.1.6.1.2) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44.8 Rd. Natanagara NATANAGARA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44.9 Rd. Isa NATANAGARA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44.10 NR. Neneng Ratnaningrat NATANAGARA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44X5 NR. Hawisah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44.11 NR. Moedjiah NATANAGARA1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44.12 NR. Dewi Kania Moertasiah NATANAGARA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1 Pangeran Soegih Soeria KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X01 NR. Bodedar .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.1 Rd. Dmg. Jahja Somanagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X02 NRA. Radjapomerat ., 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.2 NRA. Radjaningrat KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.3 NR. Hendranagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.4 Rd. Oemoer KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.5 Rd. Moestambi KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.6 Rd. Rangga Soerialaga KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7 NR. Radjapermas KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.8 Rd. Somadiningrat KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9 NRA. Sangkaningrat KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X03 NRA. Ratnaningrat .. (1.1.1.5.2.1.1.1.3.4.3.14.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.10 NRA. Radjaretnadi KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.11 Pangeran Mekah Soeriaatmadja KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.12 NR. Radjapermana KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.13 NR. Banoningrat KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14 Rd. Soemawilaga KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X04 NRA. Moestikaningrat .. (1.1.1.5.29.1.1.1.1.15.2.1.2.2.5) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.15 NR. Emas KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.16 NR. Radjakomala KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.17 Rd. Pandji Soeriakoesoemah KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.18 Rd. Soemintraatmadja KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.19 NRA. Lasminingrat KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.20 NRA. Moertiningrat KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.21 Rd. Widjajasoeria KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.22 RAA. Soerianatabrata KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.23 Rd. Gandakoesoemah KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.24 Rd. Koesoemajoeda KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.25 NRA. Kantjananingrat KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.26 Rd. Soeriagoenawan KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.27 RAA. Dlm. Bintang Koesoemadilaga KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.28 Rd. Goerdi Koesoemawinata KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X05 Nyi Emas Sanidjah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.29 Rd. Abdoerachman KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X06 Nyi Emas Lantri .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.30 NR. Koesoemanagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.31 Rd. Prawirakoesoemah KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.32 Rd. Raebah KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X07 Nyi Emas Asmajawati .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.33 Rd. Najaningrat KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.34 Rd. Hoesen Wirantaredja KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.35 Rd. H. Mochamad Oesman KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.36 Rd. H. Mochamad Ali KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.37 NR. Hj. Siti Hadidjah KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X08 Nyi Emas Ganda .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.38 Nyi Oerminah Lenggangnagara KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.39 Rd. Moestari KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.40 NR. Siti Patimah Perbata KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.41 Rd. H. Mochamad Idris KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.42 Rd. Natadiredja KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.43 Rd. Iljas KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.44 Rd. Rangga Natanagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.45 Rd. Joesoef KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X09 Nyi Emas Angginah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.46 Rd. Wirakoesoemah KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X10 Nyi Arsa .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.47 Rd. Adikoesoemah KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.48 NR. Doerias Hawa KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.49 Rd. Enoch KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.50 Rd. Said KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X11 NR. Dewi Mirah .. (Alka) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.51 Rd. Oemar Nataatmadja (Natadipoera) KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.52 NR. Moertikah Komala KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.53 Rd. Sodja KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.54 Rd. H. Soelaeman KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.55 NR. Oeti Modjanagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.56 Rd. Ismail Wiraatmadja KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X12 Nyi Ambara .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.57 Rd. H. Hambali KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.58 NR. Soewedah Sarianingrat KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.59 Rd. H. Jasin Roebai KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X13 NR. Moetiaresmi .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.60 Rd. Harmaen KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.61 NR. Oepinah KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X14 NM. Modja Habibah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.62 Rd. Rangga Wirapoetra KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X15 NM. Andi Moelja .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.63 NR. Moertinah KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.64 Rd. Anhar KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.65 Rd. Prawiradiredja KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.66 Rd. Karnaen KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.67 NRA. Radjaningrat KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.68 Rd. Mochamad Pesta KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.69 Rd. Mochamad Lajeng KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.70 NR. Koernasih KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X16 NM. Olem .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.71 NR. Salamah Ratnanagara KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X17 NM. Andi Eundeut .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.72 NR. Tedjaningroem Kalsoem KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X18 NM. Denta .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.73 NR. Empat Ratnakaraton KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.74 NR. Kiol Poerbanagara KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X19 NR. Ningroem .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.75 NR. Lenggang Mantri KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.76 Rd. Aboebakar Nitanagara KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X20 Nyi Mursiah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.77 NR. Kotjoh Ratnakoesoema KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X21 NM. Ningsih .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.78 NR. Oerian Domas KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X22 Nyi Soekaenah KAMOEDA. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.79 Rd. Abdoel KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80 NR. Djoele Komarainten KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X23 Nyi Mantria .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.81 NR. Koesoemaningroem KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X24 Nyi Dewi .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.82 NR. Enot Komala Inten KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.83 NR. Oehe KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.84 NR. Ebah KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.85 Rd. Kasmiri KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X25 NM. Djoewisah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.86 Rd. Wangsasoebaja KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.87 NR. Ratnamirah KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.88 NR. Armoenah KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X26 NM. Naga .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.89 Rd. Atma Djajakoesoemah KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X27 NM. Soepi .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.90 Rd. Hasan KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X28 NM. Enok Soemaledja .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.91 Rd. Abas KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X29 NM. Ikoek .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.92 Rd. Sabirin KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X30 NM. Moertidjah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.93 Rd. Djenal Haroen KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.X31 Nyi Enoer .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.94 Rd. Sadikin KOESOEMAH ADINATA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.67 NRA. Radjaningrat KOESOEMAH ADINATA (Soehaeran) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.67X RAA. Martanagara KOESOEMAJOEDA, (1.1.1.4.1.6.1.1.2.2.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.67.1 Rd. Mahar MARTANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.67.2 NR. Nani Tedjaningrat MARTANAGARA .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.67.3 Rd. Kanias MARTANAGARA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.71 NR. Salamah Ratnanagara KOESOEMAH ADINATA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.71X1 Rd. Soeriadiredja .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.71.1 NR. Halimah SOERIADIREDJA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.71X2 Rd. Rangga NATAWIREDJA. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.71.2 NR. Hatidjah NATAWIREDJA .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.71.3 Rd. Mohamad Asikin NATAWIREDJA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.77 NR. Kotjoh Ratnakoesoema KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.77X Rd. Rangga KARTADIKOESOEMAH. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.77.1 Rd. Rangga Asik KARTADIKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.77.2 Rd. Kartawinata KARTADIKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.77.3 Rd. A. Winatakoesoemah KARTADIKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.77.4 Rd. Goenawan KARTADIKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.77.5 Rd. E. Natakoesoemah KARTADIKOESOEMAH. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.77.6 NR. Rikrik Sariningsih KARTADIKOESOEMAH1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.77.7 NRA. Habsah KARTADIKOESOEMAH
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80 NR. Djoele Komarainten KOESOEMAH ADINATA 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80X Mas Soerakoesoemah .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80.1 Rd. Saleh SOERAKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80.2 Rd. Joesoef SOERAKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80.3 Rd. Hoesen SOERAKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80.4 Rd. Djohar SOERAKOESOEMAH . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80.5 Rd. Daud SOERAKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80.6 NR. Hoedi Komara SOERAKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80.7 NR. Hunah SOERAKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80.8 NR. Huli SOERAKOESOEMAH 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80.9 Rd. Mohamad Sanusi SOERAKOESOEMAH1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.80.10 NR. Tjitjih SOERAKOESOEMAH.
7
1711/7 <76> ♂ 2. Rd. Rangga Saleh Djajadiningrat [Wiratanudatar]eured: <191!> ♀ 3. NR. Oeli Radjapamerat Martanagara [Sumedang Larang]
eured: <12> ♀ X3 NR. Radjaningrat .. (Eni) [?]
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7 NR. Radjapermas KOESOEMAH ADINATA . (Koeraesin) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7X1 Rd. Dmg. Adiwidjaja .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.1 NR. Hj. Siti Hadidjah ADIWIDJAJA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7X2 Rd. Rg. Djajadiningrat ., 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2 Rd. Rg. Saleh DJAJADININGRAT . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.3 NR. Radjakandana DJAJADININGRAT . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.4 Rd. Danoeningrat DJAJADININGRAT . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.5 Rd. Soerianingrat DJAJADININGRAT . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.6 NR. Radjamariam DJAJADININGRAT . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.7 Rd. H. Abdoel Moeloek DJAJADININGRAT .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2 Rd. Rg. Saleh DJAJADININGRAT (Saleh) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2X1 NR. Oeli Radjapamerat MARTANAGARA, (1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.2) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2.1 NRA. Radjapamerat DJAJADININGRAT . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2.2 Rd. Ahmad DJAJADININGRAT . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2.3 NR. Radjapermas DJAJADININGRAT . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2.4 Rd. Mohamad Ali DJAJADININGRAT . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2.5 Rd. Mohamad Idroes DJAJADININGRAT . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2.6 Rd. Sahid DJAJADININGRAT . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2X2 NR. Tjoetjoe .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2.7 Rd. Agoes DJAJADININGRAT .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2X3 NR. Radjaningrat .. (Eni)
marvidigezh: Sindangbarang, Cianjur Selatan
marvidigezh: 10 Eost 1886, Bogor
Riwayat Hidup
R.H. Muhammad Musa dilahirkan di Garut tahun 1822. ayahnya adalah patih Kabupaten Limbangan (sekarang Kabupaten Garut). Jadi, ia seorang yang berasal dari lingkungan keluarga menak (bangsawan) Sunda, lebih khusus lagi menak Priangan. Ketika masih kanak-kanak,' R.H. Muhammad Musa dibawa oleh ayahnya ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Selanjutnya, ia belajar agama Islam di pesantren. Pada masa itu belum ada sekolah model Barat yang diperuntukkan bagi anak-anak bumiputera. Memang anak-anak dari kalangan menak (elit) Sunda masa itu biasa disekolahkan di pesantren sebagai lembaga pendidikan yang ada waktu itu bagi mereka. Mungkin tradisi itu merupakan kelanjutan dari tradisi sebelumnya, yaitu mendidik anak kaum elite di mandala, lembaga pendidikan masa pengaruh kebudayaan Hindu (pra-lslam). Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang biasa diikuti oleh anak-anak kalangane elite digambarkan oleh R. Memed Sastrahadiprawira (1928) dalam karangannya "Mantri Djero" dan oleh P.A. Ahmad Djajadiningrat (1936, 1939) dalam otobiografinya berjudul Herinneringen van Pangeran Aria achmad Djajadiningrat atau Kenang-kenangan P.A.A. Djajadiningrat. Pada waktu-waktu luang, ketika tak ada kegiatan pesantren, Muhamad Musa juga belajar pengetahuan umum, khususnya pengetahuan sosial budaya Sunda, dan keterampilan yang bertalian dengan birokrasi pemerintahan dan cara-cara hidup serta pergaulan kaum menak pada saudaranya yang bertempat tinggal di Purwakarta. Model belajar demikian merupakan pendidikan langsung terhadap anak mengenai berbagai aspek kebudayaan dan juga merupakan media latihan bagi cal on pamongpraja yang disebut magang. Hal itu digambarkan pula oleh R. Memed Sastrahadiprawira dalam bukunya berjudul "Mantri Jero" (1928) dan "Pangeran Kornel (1930). Pada usia 30 tahun (1852) R.H. Muhamad Musa diangkat menjadi mantri gudang yang mengurusi soal garam. Pada masa itu garam merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan masyarakat yang pengadaan dan penjualannya diatur gerbang bagi R.H. Muhan1ad Musa untuk mulai memasuki dunia pamongpraja. Tiga tahun kemudian (1855), ia diangkat menjadi penghulu besar (oofd-Penghulu) Kabupaten Limbangan. Penghulu adalah jabatan dalam bidang keagamaan (Islam) yang mengurus hal-hal yang bertalian dengan kegiatan keagamaan; seperti kelahiran, pernikahan, kematian, da'wah. Penghulu besar adalah penghulu di tingkat kabupaten. Pengangkatan R.H. Muhamad Musa menjadi penghulu besar, kiranya dimungkinkan oleh penguasaan ilmu agama Islam yang dinilainya cukup tinggi sebagai hasil belajar di pesantren dan pengalamannya (3 tahun) dalam bidang birokrasi (mantri gudang).
Dalam perjalanan hidupnya R.H. Muhamad Musa mempunyai kesempatan untuk berkenalan dan kemudian bersallabat dekat dengan K.F. Holle, seorang Belanda yang sejak tahun 1856 bertempat tinggal di Cikajang, termasuk daerah Kabupaten Limbangan bagian selatan. K.F. Holle diangkat menjadi administrateur sebuah perkebunan teh swasta di Cikajang. Enam tahun kemudian (1862) ia membuka perkebunan teh sendiri di lereng utara Gunung Cikuray, masih daerah Limbangan, dan diberi nama Perkebunan Teh Waspada (Nata Legawa, 1897: 3-4; ENI, II, 1918: 102-103). Temyata K.F. Holle adalah seorang yang menaruh perhatian besar terhadap masyarakat dan kebudayaan Sunda. Antara R.H. Muhamad Musa dan K.F. Holle terjalin hubungan intensif dan sangat erat. K.F. Holle sendiri sampai mengontrak rumah di dekat rumah R.H. Muhammad Musa di kota Garut. Ia sering terlihat berada lama di rumah R.H. Muhamad Musa dan sebaliknya. Dalam pertemuan-pertemuan yang terjadi itu mereka mengadakan dialog dan diskusi yang saling mengisi tentang berbagai hal yang bertalian dengan kebudayaan. Itulah sebabnya antara keduanya terjadi kerjasama yang saling menguntungkan. Dalam hal ini, R.H. Muhamad Musa memperoleh pengetahuan dari K.F. Holle tentang alam pikiran Barat yang bercirikan rasional, di samping tentang cara mengolah tanah, bercocok tanam, beraturan pemerintah, dan lain-lain. Sementara itu, K.F. Holle memperoleh pengetahuan dari R.H. Muhamad Musa tentang bahasa Sunda, bahasa Jawa, adat istiadat penduduk pribumi, dan kebudayaan Sunda umumnya. Cara-cara berpikir dan bekerja model Barat, tercermin dalam karya tulis R.H. Muhamad Musa yang menjadi ciri khas dan pembeda dengan karya tulis pengarang (sastrawan) Sunda yang sejaman.
Pada tanggal 10 Agustus 1886 R.H. Muhamad Musa meninggal dunia di Bogor pada usia 64 tahun, setelah menderita sakit dan mendapat perawatan (titirah) beberapa waktu lamanya. Ia dirawat di Bogor, tentu saja atas saran dan jasa baik K.F. Holle yang kemudian menetap di Bogor. R.H. Muhamad Musa memangku jabatan penghulu besar Kabupaten Limbangan sampai akhir hayatnya.marvidigezh: 1868
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.1 Rd. Ema Somanagara MARTANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.1X1 NR. Kustinah Poerwaningrat WIRA NATANINGRAT, (1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.10.1.1) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.1.1 Rd. Mahdar SOMANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.1.2 NR. Suhaeran SOMANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.1.3 NR. Tuti Siti Pertamah SOMANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.1X2 NR. Komararetna .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.1.4 NRA. Sudjirah SOMANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.1.5 NR. Hadidjah SOMANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.1.6 Rd. Marwan SOMANAGARA .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.1.7 NR. Ida Suwedah SOMANAGARA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.2 NR. Oeli Radjapamerat MARTANAGARA . (Lili)1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.2X Rd. Rangga Djajadiningrat ADIWIDJAJA, (1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.7.2)
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.3 Rd. Ogog Soeriadihardja MARTANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.3X NR. Ratnaningsih ..1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.3.1 NRA. Oekon Sangkaningrat SOERIADIHARDJA
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.4 Rd. Atje Martahadisoeria MARTANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.4X NR. Emma .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.4.1 Rd. Kudi Soeriadihardja MARTAHADISOERIA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.4.2 NR. Nani MARTAHADISOERIA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.4.3 NR. Ruminah MARTAHADISOERIA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.4.4 Rd. Agus MARTAHADISOERIA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.4.5 Rd. Romli Budiman MARTAHADISOERIA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.4.6 Rd. Saleh MARTAHADISOERIA .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.4.7 NR. Suhaemi MARTAHADISOERIA .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.5 NR. Titi Tedjapomerat MARTANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.5X Rd. Aria Soerianingrat .. 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.5.1 NR. Sarianingrat SOERIANINGRAT . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.5.2 NR. Kartika SOERIANINGRAT . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.5.3 NR. Habsah SOERIANINGRAT .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.5.4 Rd. Djakaria SOERIANINGRAT .
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.6 Rd. Onong Martahadiprawira MARTANAGARA .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.6X NR. Rebo Siti Aminah KOESOEMAH ADINATA, (1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.35.3)
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.7 Rd. Singgih MARTANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.7X1 NR. Ating PRAWIRADIREDJA, (1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.65.2) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.7.1 Rd. Rachmat Memet MARTANAGARA . 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.7X2 NR. Hapiah .. (Ipi) 1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.7.2 NR. Tintin MARTANAGARA .1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.9.7.3 Rd. Otong Achmad MARTANAGARA
8
2211/8 <188> ♂ Raden Durasyid [Adibrata]marvidigezh: Sindangbarang, Cianjur Selatan
AYOBANDUNG.COM--Tutup kepalanya bendo, pandangannya tertuju ke depan, bajunya beskap dengan kalung tali yang melingkar di leher hingga pinggangnya, tangan kiri berkacak di pinggang dan telapak tangan kanannya menindih sebuah buku tebal di atas meja bundar berkaki tiga. Ke bawahnya kain batik hingga menutupi bagian kakinya yang tak beralas kaki. Inilah potret Raden Kartawinata (1852-1907) yang dikoleksi oleh KITLV dengan kode 7257.
Keterangan yang menyertai potret berwarna sepia ini tertulis, “zoon van Raden Hadji Moehamad Moesa, hoofdpenghoeloe van Garoet” alias anak lelaki Raden Haji Moehamad Moesa (1822-1886) yang menjabat sebagai hoofdpenghoeloe di Garut (1864-1886). Selain itu, ada perkiraan pembuat potretnya, yakni W.J. Beynon di Cirebon sekitar 1865. Bila melihat tampangnya dan 1852 sebagai tahun kelahirannya, saya tidak yakin potret tersebut dibuat pada 1865, karena penampilannya kayak menyiratkan umur sekitar 18 atau 20 tahun.
Anggapan tersebut bisa jadi beralasan bila mengingat ada potret ayahnya yang juga dikoleksi KITLV dengan kode 42181. Di situ ada keterangan “Penghoeloe te Garoet” dan sama diperkirakan dibuat W.J. Beynon tetapi memberi angka perkiraan tahun pembuatannya 1870. Bila kita anggap potret Kartawinata maupun ayahnya dibuat saat bersamaan, saya cenderung memilih 1870 sebagai waktu pembuatannya, saat Kartawinata berumur 18 tahun, ketika sedang atau baru menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Kabupaten di Sumedang.
Yang jelas, baik Moehamad Moesa maupun Kartawinata merupakan sosok-sosok penting dalam perkembangan tradisi cetak di Tatar Sunda. Keduanya bahkan dianggap sebagai perintis penulisan buku cetak Sunda sejak paruh kedua abad ke-19. Dalam tulisan ini dan tulisan-tulisan mendatang yang hendak saya lacak jejaknya terutama Kartawinata. Mengapa sosok Kartawinata alias Raden Adipati Aria Suria Nata Legawa layak diangkat dan patut diperbincangkan kembali? Salah satunya, dari kaca mata saya sebagai seorang penerjemah ke bahasa Sunda, dialah penerjemah resmi pertama bahasa Sunda dari kalangan pribumi (1872-1905). Sebelum Kartawinata, tidak ada pribumi Sunda yang dijadikan sebagai penerjemah bahasa Sunda.
Lebih jauhnya, dengan kemampuannya ditambah ihwal lainnya, Kartawinata beroleh manfaat besar dari mempelajari bahasa Sunda. Di samping menerjemahkan dari bahasa Belanda dan Jawa ke bahasa Sunda, ia menulis dalam bahasa Sunda, menyusun kamus Belanda-Sunda bersama P. Blusse (1876), menjadi anggota Perhimpunan Batavia (sejak 1879), menulis makalah ilmiah dalam bahasa Belanda, diangkat menjadi patih Sumedang (1883-1892), hingga beroleh posisi tertinggi yang dapat diraih oleh seorang pribumi: menjadi patih setaraf bupati (zelfstandig patih) bagi Sukabumi (1892-1905).
Ihwal Kartawinata telah dibahas antara lain oleh Tom van Den Berge (Karel Frederik Holle, Theeplanter in Indië 1829-1896, 1998) dan Mikihiro Moriyama (A New Spirit: Sundanese Publishing and the Changing Configuration of Writing m Nineteenth Century West Java, 2003; atau Semangat Baru: Kolonialisme, Budaya Cetak, dan Kesastraan Sunda Abad ke-19, 2005). Ketiga buku tersebut pada gilirannya nanti akan saya gunakan sebagai titik pijak dan bahan rujukan untuk melacak jejak sekaligus menghimpun informasi mengenai Kartawinata.
Untuk kali pertama ini, saya akan membahas jejak keluarganya, termasuk leluhurnya. Dari pihak ayahnya, kakek Kartawinata adalah Patih Limbangan Raden Rangga Soerjadikoesoemah sementara dari pihak ibunya, R.A. Perbatamirah, kakeknya adalah Dalem Tumenggung Sindangraja Suriadilaga (III) dengan leluhur Pangeran Santri dari Sumedang. Jadi, sebenarnya baik dari pihak ayahnya maupun ibunya, Kartawinata termasuk ke dalam kelompok menak tinggi, karena dekat dengan orang nomor satu di kabupaten.
Dari keterangan yang dihimpun Moriyama (2005) yang diperolehnya dari A. Rachman Prawiranata pada 27 Oktober 1994 di Bandung, Moehamad Moesa enam kali menikah. Istri pertamanya R.A. Perbata dan memiliki anak R.A.A. Soeria Nata Ningrat (Bupati Lebak), R.A.A. Soeria Nata Legawa atau Kartawinata (Patih Sumedang), R.S. Domas, dan R.H. Zainal Asikin (Hoofdpanghulu Limbangan). Istri keduanya R.A. Banonagara yang melahirkan R. Soeria Nata Madenda, R. Radja Bodedar, dan R. Niswan Radjanagara. Istri ketiganya R.A. Rija yang menurunkan R.A. Lasminingrat (istri Bupati Limbangan), R.A. Ratna Ningroem, R.A. Lenggang Kancana.
Lalu, istri keempatnya adalah R.A. Djoehro yang melahirkan R. Moerminah, R. Siti Rahmah, dan R.A.A. Prawirakoesoemah (Bupati Serang). Istri kelimanya R.A. Lendra Karaton dengan anak-anak yang dilahirkannya R. Ahmad Natalegawa (Wedana Singaparna) dan R. Moehamad Prawiradilaga (Wedana Cibeber). Sementara istri keenamnya adalah R. Tedjamantri yang melahirkan R. Andu Surja Adi Widjaja (Hoofdjaksa Bandung).
Dengan demikian, Kartawinata adalah anak kedua Moehamad Moesa dari istri pertamanya, dengan saudara kandung tiga orang dan saudara tiri sebanyak 12 orang. Di antara saudara kandung dan tirinya tersebut banyak pula yang menjadi pejabat pemerintahan pribumi.
Informasi lainnya terkait ibu dan saudara Kartawinata dapat diperoleh dari “Silsilah Pangeran Santri (Gen.01-13) (2014-05-27)” yang dimuat dalam silsilah-ernimuthalib.blogspot.com. Di situ disebutkan bahwa istri Moehamad Moesa bernama RA. Perbatamirah Soeriadilaga dan mempunyai anak Rd. Aria Suria Nata Legawa dan RA. Domas. Dari silsilah ini, nama Soeria Nata Ningrat dan Zainal Asikin tidak dimasukkan, entah apa alasannya. Namun, saya cenderung percaya pada keterangan Prawiranata (1994) di atas, karena pada salah satu tulisannya (“Pangeling-ngeling ka Padoeka Toewan Karel Frederik Holle”, 1897), Kartawinata mengonfirmasi keberadaan kakaknya, Soeria Nata Ningrat.
Satu lagi adalah ihwal tahun kelahiran Kartawinata. Moriyama (2005) secara konsisten menyatakan tahun kelahiran Kartawinata pada 1846. Saya tidak tahu dari mana Moriyama mendapatkan keterangan tahun tersebut. Namun, saya punya temuan lain dari dua sumber. Pertama dari keterangan yang dimuat dalam Verslag van het inlandsch onderwijs in Nederlandsch-Indie 1869 (1872) dan kedua dari tulisan Clockener Brousson (“Indische Penkrassen, XLV” dalam Arnhemsche courant edisi 23 Januari 1904).
Dari Verslag 1869, saya jadi tahu bahwa nama kecil Kartawinata adalah Raden Brata Koesoema yang kemudian setelah masuk sekolah di Sumedang berubah menjadi Kartawinata. Namun, yang lebih penting lagi adalah informasi yang menyebutkan bahwa Kartawinata masuk ke sekolah tersebut pada Agustus 1868 saat berusia 16 tahun. Nah, dari keterangan tersebut jelas sudah bahwa Kartawinata lahir pada 1852. Sementara dari keterangan Brousson (1904) saya mendapatkan tahun kelahirannya pada 1853. Di situ Brousson menyebutkan bahwa Raden Ario Soeria Nata Legawa, Patih Sukabumi lahir di Garut pada 1853. Alhasil, ada selisih setahun antara keterangan dari Verslag 1869 dan dari Brousson.
Di satu sisi, Brousson, yang pada kesempatan selanjutnya akan saya bahas, menunjukkan kedekatan dengan Kartawinata melalui kunjungan-kunjungannya ke Sukabumi saat dia memimpin Bintang Hindia dan bahkan kemungkinan besar mewawancarai serta mengajaknya bergabung untuk mengisi berkala yang dipimpinnya dengan kontribusi tulisan berbahasa Sunda. Kenyataan ini jadi menguatkan tahun 1853 sebagai tahun kelahiran Kartawinata. Meskipun tidak juga menutup kemungkinan adanya kekeliruan menuliskan angkanya atau barangkali adanya kekeliruan Kartawinata saat menyebutkan tahun kelahirannya.
Di sisi lain, Verslag 1869 juga sangat meyakinkan, karena saat itu Kartawinata masih menjadi pelajar di Sumedang, pada tahun keduanya, sehingga pasti penulis Verslag mendasarkan angka tahunnya dari pendaftaran Kartawinata sebagai pelajar di sekolah tersebut. Dengan demikian, untuk sementara, saya berpegang pada keterangan ini. Meski ini pun tidak menutup kemungkinan keliru saat menuliskannya.
Barangkali jawaban pastinya dapat dilihat pada epitaf di batu nisannya. Namun, sayangnya, hingga saat ini saya belum memiliki informasi di mana Kartawinata dikuburkan. Semoga saja dalam waktu yang tidak lama lagi, saya akan mendapatkan keterangan pastinya.micher: 26 Gouere 1903 - 1 Meurzh 1911, Tjibinong - Buitenzorg, Demang / Wdana
eured: <14> ♂ 5. Raden H. Soma Widjaja (Lurah Sepuh Ds. Sukapura) [Natamanggala] g. 1919 a. a. 1989
eured: <14!> ♂ 5. Raden H. Soma Widjaja (Lurah Sepuh Ds. Sukapura) [Natamanggala] g. 1919 a. a. 1989, <15> ♀ Nyi Yoyong [Yoyong]
marvidigezh: 2003, [https://id.wikipedia.org/wiki/Sukapura,_Cidaun,_Cianjur Sukapura, Cidaun, Cianjur]
ASAL-USUL
Rd.H. Dr. HASAN NATANAGARA adalah putra keturunan Sumedang yang lahir pada.......................... 19.... Ia merupakan keturunan langsung dari Bupati Sumedang ke ( ) yaitu Pangeran Kornel Kusumahdinata IX.
KARIER PENDIDIKAN
KARIER POLITIK
DARI RIS MENJADI NEGARA RI: PERUBAHAN BENTUK NEGARA INDONESIA PADATAHUN 1950
Salah satu periode yang paling krusial dalam bidang politik ketatanegaran Indonesia adalah tahun 1950. Secara resmi Indonesia saat itu berbentuk federal, sesuai dengan hasil KMB. Akan tetapi realita di lapangan, muncul tuntutan perubahan bentuk negara karena tidak sesuai dengan amanat proklamasi dan UUD 1945. Kondisi itu semakin kuat, ketika kaum republiken yang menghendaki bentuk Negara kesatuan memperoleh banyak momentum menguntungkan bagi tuntutan mereka.
Sistem pemerintahan federal sesuai dengan KMB ternyata tidak berumur panjang. Pengakuan kedaulatan yang dilakukan pada tanggal 27 Desember 1949, itu justru mendorong gerakan persatuan yang bukan saja muncul di kalangan elit Indonesia, tetapi juga di kalangan masyarakat bawah sendiri. Gerakan ini menghendaki diubahnya bentuk federalis menjadi bentuk Negara kesatuan. Oleh banyak pengamat luar negeri, gerakan persatuan itu dianggap terlalu dini, tergesa-gesa, tidak perlu, dan agak angkuh, karena tidak memperhatikan semangat dan segala fasilitas dari persetujuan KMB. Akan tetapi, apabila diperhatikan lebih jauh lagi, gerakan persatuan itu bukan saja tampak kuat, tetapi juga sehat. Secara politik dan sosial, Indonesia akan berada dalam keadaan yang buruk jika tidak ada perkembangan ini.
Tidak hanya administrasinya yang tidak tergantung pada ibukota federasi di Jakarta, tetapi banyak pegawai negeri sipil dalam Negara negara bagian seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Pasundan lebih taat kepada KONDISI SOSIAL & POLITIK INDONESIA aturan-aturan dari ibukota RI Yogyakarta, daripada Jakarta. Kondisi itu seringkali menimbulkan administrasi ganda yang membingungkan, dengan dua kelompok pegawai negeri sipil berusaha mengatur teritorial yang sama dengan dua aturan yang mungkin berbeda. Keadaan itu sesungguhnya merupakan bentuk manifestasi politik pada masa sebelumnya. Pembentukan negara-negara bagian di berbagai wilayah Indonesia oleh Belanda serta eksistensinya tidak pernah diakui oleh RI di Yogyakarta.
Dengan kondisi sosial politik yang seperti itu, membuat sejumlah daerah atau negara bagian mulai muncul berbagai macam gerakan yang menuntut pembubaran pemerintah daerah atau negara bagiannya dan menggabungkan daerah atau negara bagiannya dengan RI. Daerah atau negara bagian yang masyarakatnya memelopori tindakan semacam itu adalah Negara Bagian Pasundan. Di daerah itu muncul resolusi untuk menggabungkan wilayahnya dengan Negara RI. Kondisi itu sebagian besar disebabkan oleh kurang mampunya Pemerintah Pasundan untuk memelihara keamanan dan ketertiban di wilayahnya. Keadaan itu mendorong munculnya resolusi dari daerah Indramayu yang ditujukan kepada Presiden RI, UNCI, dan Ketua KNIIP. Isi resolusinya adalah mendesak (pemerintah RIS) supaya sebelum pengakuan kedaulatan selekas mungkin mengubah status Jawa Barat untuk dijadikan daerah RI, dengan menghapus Negara Pasundan.
Tindakan ini dilakukan supaya keadaan di Jawa Barat aman dan tenteram. Resolusi muncul didasarkan atas kejadian-kejadian di desa-desa berkaitan dengan masalah keamanan yang tidak terjamin. Hal itu membuktikan bahwa Negara Pasundan tidak dapat menjamin keamanan dan ketenteraman rakyat. Pada umumnya Rakyat Indramayu menaruh kepercayaan besar kepada TNI untuk melindungi mereka dan mengembalikan keamanan dan ketenteraman. ( , 17Desember 1949). Adanya resolusi itu terus bergulir dengan memberikan efek yang semakin lama semakin besar, karena banyak masyarakat bawah Jawa Barat yang tidak mendukung Negara Pasundan, dan ingin bergabung dengan RI. ( , 19 Januari 1950). Secara riil kehendak masyarakat Jawa Barat untuk b e r g a b u n g d e n g a n Negara RI dimanifestasikan oleh tindakan para kepala desa di Tasikmalaya yang memu t u s k a n h u b u n g a n d e n g a n Pemerintah Pasundan dan bergabung dengan Negara RI. Lebih jauh lagi, tindakan ini juga didukung oleh sebelas anggota Dewan Perwakilan Kabupaten Tasikmalaya. ( , 20 Desember 1949).
Dukungan rakyat Jawa Barat dan masyarakat di berbagai negara bagian untuk menggabungkan daerahnya dengan Negara Bagian RI semakin besar Kedaulatan Rakyat Kedaulatan Rakyat Kedaulatan Rakyat Kedaulatan Rakyat 184 Dari RIS Menjadi Negara RI ketika terjadi peristiwa pemberontakan Westerling. Kondisi itu merusak kedudukan dan reputasi golongan federalis. Apalagi sejak adanya peristiwa itu timbul keyakinan di kalangan masyarakat bahwa beberapa pejabat tertentu dari Pemerintah Pasundan telah mengadakan “perjanjian” dengan Westerling dan adanya kenyataan sejumlah anggota Pemerintah Pasundan yang berkebangsaan Belanda (dari Polisi dan militer yang sebagian besar masih dipimpin oleh perwira Belanda), membelot kepada Westerling. (Kahin, 1995:578).
Kondisi itu semakin memperkuat posisi kaum republiken di parlemen Pasundan. Dengan dimotori oleh Oli Setiadi, Dr. Hasan Nata Negara, Daruji, Suparno, dan anggota lainnya, mereka ini mendesak kepada seluruh Bangsa Indonesia di Pasundan supaya Negara Pasundan dibubarkan saja. (Sewaka, 1955:171). Dengan keadaan politik yang seperti itu, akhirnya melalui keputusan Parlemen Pasundan tanggal 8 Maret 1950 dengan suara bulat diputuskan untuk menggabungkan Negara Pasundan ke dalam Negara Republik Indonesia. (Suherly, 1970) Keputusan itu kemudian di sahkan dengan lahi rnya Surat Keputusan RIS no 113 tanggal 11 Maret 1950 yang menyatakan bahwa wilayah Pasundan termasuk wilayah Negara Republ ik Indones ia. Pemer intah Komisaris RIS di Jawa Barat diganti dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Gubernurnya dijabat oleh M. Sewaka. (Sjamsuddin et. al., 1992:82). Meskipun masyarakat Negara Pasundan termasuk yang terdepan dalam upaya untuk menolak bentuk negara federasi dan memilih bergabung dengan Negara RI, tetapi daerah atau negara bagian yang pertama kali membubarkan diri adalah negara bagian Sumatera Selatan.
===KETURUNAN===